Kerudung Impor Banjiri Pasar Lokal

Senin, 20 Juli 2015 - 14:28 WIB
Kerudung Impor Banjiri...
Kerudung Impor Banjiri Pasar Lokal
A A A
KUDUS - Produk kerudung asal mancanegara membanjiri pasar di Indonesia. Jika diprosentase produk impor menguasai 65% pasar. Sisanya kerudung buatan produsen lokal, baik produsen asal Kudus, Rembang, Jepara, Bandung, dan Surabaya.

Produsen kerudung asal Kudus, Jawa Tengah Muztahidil Fatah mengatakan, produk kerudung baik dalam bentuk jadi maupun masih bahan yang masuk ke Indonesia berasal dari China, Korea dan Turki. Namun yang paling dominan kerudung asal negara Tirai Bambu.

"Jadi yang mendominasi pasar lokal memang produk China itu," kata pengusaha kerudung dengan merek dagang El Nifa beberapa waktu lalu.

Menurutnya, produk impor memiliki beberapa kelebihan. Seperti harga yang lebih murah berkisar antara Rp10 ribu sampai Rp25 ribu. Selain itu, motifnya juga beragam karena dibuat dengan mesin dan diproduksi secara massal.

Namun kerudung impor juga memiliki kelemahan. Dari sisi bentuk cenderung monoton karena hanya berupa segi empat. Selain itu, juga tidak ada aksesoris pemanis kerudung.

Sedang produk lokal juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari sisi harga cenderung lebih mahal dari produk impor. Harganya berkisar antara Rp15 ribu-Rp150 ribu, namun dari sisi bentuk lebih variatif.

Sebab, produk lokal mayoritas kombinasi antara mesin dan tangan. Sehingga memungkinkan diberi aksesoris tambahan berupa payet dan sulam atau bordir.

"Mungkin dari bahannya produk dari China sudah murah. Jadi ketika dilempar ke pasaran masih tetap murah. Kalau kita tidak mungkin buat produk dengan harga itu," papar Fatah yang produk kerudungnya sudah beredar baik di Jawa maupun luar Jawa ini.

Dia mengatakan, peran pemerintah penting lewat kebijakan yang bisa membatasi masuknya kerudung produk impor. Lewat langkah itu diharapkan kerudung impor tak lagi membanjiri pasar lokal. "Kalau tidak pasti produk lokal akan selalu kalah," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0918 seconds (0.1#10.140)