Pemerintah Ingin Jadikan PLTN Bahan Diskusi Ilmiah
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menyadari soal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia yang masih menimbulkan pro kontra di ranah masyarakat.
Atas dasar itu, pihaknya ingin menjadikan nuklir sebagai bahan diskusi ilmiah. Sehingga untuk ke depannya, nuklir tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan merugikan masyarakat.
"Tahap awal kita ingin membawa namanya PLTN itu di ruangan publik menjadi bahan diskusi ilmiah. Pasti ada yang pro dan kontra, tapi maksud saya, jangan apa-apa sudah bilang 'enggak usah PLTN' itu kan bahaya. Itu enggak boleh. Taruh dulu di meja. Jadikan bahan untuk dibicarakan secara ilmiah," katanya di Jakarta, Senin (10/8/2015).
Menurutnya, tidak apik jika rencana pembangunan energi nuklir dibahas secara emosi dan ketakutan besar. Pasalnya, energi ini akan menjadi masa depan keberlangsungan energi di Indonesia. Jangan sampai, negara lain yang malah lebih dulu membangun di Indonesia.
"Jangan dibahas secara emosi atau malah ketakutan. Karena faktanya saya lagi ngecek nih, apa betul tetangga kita Malaysia akan bangun di Kalimantan. Kan tragisnya itu adalah pulaunya lebih banyak kita yang menggunakan. Lebih tragis lagi kalau mereka pakai ahli dari kita, kemudian listriknya dijual ke kita. Makanya saya mau cek dulu apa betul atau tidak," tutur dia.
Seharusnya, Indonesia bisa menjual ke Malaysia. Bukan sebaliknya. Karena Indonesia memiliki energi yang jauh lebih besar.
"Dari pernyataan itu tadi, harusnya kita yang menjual ke mereka. Masak porsi yang sedikit menjual ke porsi yang besar. Logikanya yang besar menjual ke yang sedikit dong. Itu logika umumnya," pungkas Rida.
Atas dasar itu, pihaknya ingin menjadikan nuklir sebagai bahan diskusi ilmiah. Sehingga untuk ke depannya, nuklir tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan merugikan masyarakat.
"Tahap awal kita ingin membawa namanya PLTN itu di ruangan publik menjadi bahan diskusi ilmiah. Pasti ada yang pro dan kontra, tapi maksud saya, jangan apa-apa sudah bilang 'enggak usah PLTN' itu kan bahaya. Itu enggak boleh. Taruh dulu di meja. Jadikan bahan untuk dibicarakan secara ilmiah," katanya di Jakarta, Senin (10/8/2015).
Menurutnya, tidak apik jika rencana pembangunan energi nuklir dibahas secara emosi dan ketakutan besar. Pasalnya, energi ini akan menjadi masa depan keberlangsungan energi di Indonesia. Jangan sampai, negara lain yang malah lebih dulu membangun di Indonesia.
"Jangan dibahas secara emosi atau malah ketakutan. Karena faktanya saya lagi ngecek nih, apa betul tetangga kita Malaysia akan bangun di Kalimantan. Kan tragisnya itu adalah pulaunya lebih banyak kita yang menggunakan. Lebih tragis lagi kalau mereka pakai ahli dari kita, kemudian listriknya dijual ke kita. Makanya saya mau cek dulu apa betul atau tidak," tutur dia.
Seharusnya, Indonesia bisa menjual ke Malaysia. Bukan sebaliknya. Karena Indonesia memiliki energi yang jauh lebih besar.
"Dari pernyataan itu tadi, harusnya kita yang menjual ke mereka. Masak porsi yang sedikit menjual ke porsi yang besar. Logikanya yang besar menjual ke yang sedikit dong. Itu logika umumnya," pungkas Rida.
(izz)