Importir Tuding Pemerintah Penyebab Harga Daging Naik
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menuding pemerintah menjadi penyebab melonjaknya harga daging di pasaran, dan menyebabkan para pedagang daging mogok berjualan.
Ketua Umum Aspidi Thomas Sembiring mengungkapkan, langkah pemerintah membatasi impor sapi yang memicu lonjakan harga daging belakangan ini. Padahal, produksi sapi lokal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Baca: Ibu-ibu Teriak Daging Sapi Hilang di Pasaran).
"Itu yang membuat (impor dibatasi). Itu yang memicu. Kalau dia enggak batasin impor sapinya. Kalau kuartal lalu 250 ribu ekor, sekarang 200 ribu ekor, mungkin enggak ada yang mogok," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Dia mengatakan, importasi sapi dibatasi menyebabkan sapi pun menjadi langka dan harganya menjadi mahal. Ditambah, sapi lokal tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri.
"Langkanya sapi dan harganya mahal. Artinya kalau di Jabodetabek dikatakan mogok itu lantaran harganya terlalu tinggi sapinya. Jadi mereka enggak bisa jual. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun harganya enggak beda jauh. Makanya saya simpulkan kemungkinan memang sapinya terbatas," terang Thomas.
Selain itu, ongkos operasional yang dikeluarkan importir tidak berkurang meski importasi sapi dibatasi. Untuk itu, mereka memilih untuk melambungkan harganya guna menutupi kerugian.
"Satu perusahaan saya biasa jual satu bulan 10 ribu ekor. Nanti tiga bulan yang akan datang 1.000 per bulan. Biaya operasionalnya enggak berkurang," pungkas dia.
Baca juga:
Mendag Adu Argumen dengan Pedagang Daging
Tak Untung, Pedagang Daging Sapi Kramat Jati Mogok Jualan
Pedagang Mogok, Kios Daging di Pasar Kramat Jati Sepi
Ketua Umum Aspidi Thomas Sembiring mengungkapkan, langkah pemerintah membatasi impor sapi yang memicu lonjakan harga daging belakangan ini. Padahal, produksi sapi lokal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Baca: Ibu-ibu Teriak Daging Sapi Hilang di Pasaran).
"Itu yang membuat (impor dibatasi). Itu yang memicu. Kalau dia enggak batasin impor sapinya. Kalau kuartal lalu 250 ribu ekor, sekarang 200 ribu ekor, mungkin enggak ada yang mogok," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Dia mengatakan, importasi sapi dibatasi menyebabkan sapi pun menjadi langka dan harganya menjadi mahal. Ditambah, sapi lokal tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri.
"Langkanya sapi dan harganya mahal. Artinya kalau di Jabodetabek dikatakan mogok itu lantaran harganya terlalu tinggi sapinya. Jadi mereka enggak bisa jual. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun harganya enggak beda jauh. Makanya saya simpulkan kemungkinan memang sapinya terbatas," terang Thomas.
Selain itu, ongkos operasional yang dikeluarkan importir tidak berkurang meski importasi sapi dibatasi. Untuk itu, mereka memilih untuk melambungkan harganya guna menutupi kerugian.
"Satu perusahaan saya biasa jual satu bulan 10 ribu ekor. Nanti tiga bulan yang akan datang 1.000 per bulan. Biaya operasionalnya enggak berkurang," pungkas dia.
Baca juga:
Mendag Adu Argumen dengan Pedagang Daging
Tak Untung, Pedagang Daging Sapi Kramat Jati Mogok Jualan
Pedagang Mogok, Kios Daging di Pasar Kramat Jati Sepi
(izz)