Donald Trump: Devaluasi Yuan Akan Hancurkan AS
A
A
A
WASHINGTON - Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump mengatakan, devaluasi mata uang China, yuan akan menghancurkan Amerika Serikat (AS).
"Mereka (devaluasi yuan) menghancurkan kami," kata miliarder ini mengritisi kebijakan mata uang China, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (12/8/2015).
Menurut Trumph, China terus mendevaluasi mata uangnya sampai bisa melakukannya dengan benar.
"China melakukan pemotongan besar dalam yuan, dan itu akan sangat berpengaruh bagi kami (AS)," ujarnya.
Kemarin, China mendevaluasi mata uangnya setelah serangkaian buruknya data ekonomi. Devaluasi yuan ini menjadi yang terendah sejak tahun 1994. Beberapa kalangan mengatakan, hal tersebut bisa menandakan akan terjadi pelemahan nilai tukar dalam jangka panjang.
China telah menjadi sorotan Trump sejak melakukan kampanye presiden. Pengusaha ini menjanjikan untuk menjadi negosiator handal dengan Beijing dalam rangka meningkatkan ekonomi AS.
"Kami memiliki begitu banyak kekuasaan atas China. China menjadi kaya karena kita. China bangkit dari uang dan pekerjaan yang ditarik keluar dari Amerika Serikat," tutur dia.
"Mereka (devaluasi yuan) menghancurkan kami," kata miliarder ini mengritisi kebijakan mata uang China, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (12/8/2015).
Menurut Trumph, China terus mendevaluasi mata uangnya sampai bisa melakukannya dengan benar.
"China melakukan pemotongan besar dalam yuan, dan itu akan sangat berpengaruh bagi kami (AS)," ujarnya.
Kemarin, China mendevaluasi mata uangnya setelah serangkaian buruknya data ekonomi. Devaluasi yuan ini menjadi yang terendah sejak tahun 1994. Beberapa kalangan mengatakan, hal tersebut bisa menandakan akan terjadi pelemahan nilai tukar dalam jangka panjang.
China telah menjadi sorotan Trump sejak melakukan kampanye presiden. Pengusaha ini menjanjikan untuk menjadi negosiator handal dengan Beijing dalam rangka meningkatkan ekonomi AS.
"Kami memiliki begitu banyak kekuasaan atas China. China menjadi kaya karena kita. China bangkit dari uang dan pekerjaan yang ditarik keluar dari Amerika Serikat," tutur dia.
(rna)