Chandra Asri Lobi Jokowi Minta Tax Holiday

Jum'at, 04 September 2015 - 11:05 WIB
Chandra Asri Lobi Jokowi...
Chandra Asri Lobi Jokowi Minta Tax Holiday
A A A
JAKARTA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) atau biasa disebut CAP hari ini mendatangi Istana Negara menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna meminta bantuan agar pemberian fasilitas tax holiday perusahaan patungan antara CAP dan Michelin, yaitu PT Syntetic Rubber Indonesia (SRI) dapat segera diberikan.

Direktur Human Resources & Corporate Administration CAP Suryandi menuturkan, pihaknya menyampaikan kepada Jokowi terkait perkembangan investasi CAP dan Michelin untuk pembangunan pabrik karet sintetis. Paling lambat awal tahun depan mulai pembangunan pabrik.

"Nah karena ini industri pionir, pengajuan untuk tax holiday sudah dilakukan, cuma belum selesai. Maka. Kita sampaikan keprihatinan kita mengenai tax holiday. Sebab ini kan ada partner asing dari Perancis," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (4/9/2015).

Menurutnya, Michelin terus mencecarnya terkait perkembangan pemberian fasilitas tax holiday tersebut. Untuk itu, CAP meminta bantuan Jokowi agar mendorong pemberian fasilitas tax holiday s‎egera dilaksanakan.

"Kan peraturan mengenai tax holiday sudah ada, selama ini kan baru tiga perusahaan yang dapat," imbuh dia.

Suryandi menambahkan, untuk mendapatkan fasilitas tersebut, pihaknya sudah ‎memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan pemerintah. Dia juga mengklaim bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut merespon positif permintaannya.

‎"Positif (respons Presiden). Itu kan kembali ke Kemenkeu, Pak Ppresiden bisa bantu dorong untuk menyetujui lah," tandasnya.

Sekadar informasi, SRI berencana membangun pabrik karet sintetis senilai USD435 juta yang diharapkan bisa beroperasi pada 2017. Pabrik ini diharapkan mampu berproduksi neodymium catalyst butadiene rubber sebesar 40 ribu ton per tahun dan solution styrene butadiene rubber sebanyak 125 ribu ton per tahun.

Sebanyak 55% kepemilikan dikelola Michelin dan sisanya CAP. Diperkirakan, produksi pertama baru bisa dilakukan pada awal 2019 dan mampu menghasilkan ekspor sekitar USD400 juta.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6687 seconds (0.1#10.140)