Chandra Asri Raih Pendapatan USD1,268 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatatkan pendapatan bersih sebesar USD1,268 miliar pada kuartal III/2020. Jumlah tersebut menurun 8,6% dari USD1,387 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
“Penurunan pendapatan akibat dari harga penjualan rata-rata produk yang lebih rendah, terutama untuk Olefins dan Polyolefins, tetapi dengan permintaan sehat yang kontinu menghasilkan peningkatan volume penjualan,” ujar Direktur TPIA Suryandi, dalam siaran persnya, kemarin. (Baca: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)
Suryandi mengaku kinerja keuangan perseroan kuartal III/2020 cukup solid dengan EBITDA mencapai USD61 juta dan laba bersih sebesar USD21 juta selama tiga bulan dari Juli hingga September 2020. “Hal ini menjadikan EBITDA year to date (yoy) 2020 kami sebesar USD66 juta dan mengurangi kerugian bersih sebesar USD19 juta pada kuartal III/2020,” katanya.
Suryandi menuturkan, perseroan hingga kuartal III/2020 dapat menjual volume produksi secara stabil tanpa penurunan permintaan, untuk melayani kebutuhan pelanggan kami dan pasar domestik yang dinamis. Penjualan yang stabil ini dilatarbelakangi adanya perbaikan permintaan pada paruh kedua tahun 2020 dari China dan Asia Timur Laut. “Kekuatan bisnis karena adanya permintaan akan kemasan plastik sebagai produk berbiaya rendah dan higienis, dan fokus berkelanjutan kami pada keunggulan operasional untuk memberikan operasi yang lancar dan aman,” tuturnya. (Baca juga: Tips Tetap Sehat Selama Libur Panjang di Tengah Pandemi)
Menurut Suryandi, posisi neraca Chandra Asri tetap solid dengan kumpulan likuiditas sebesar USD797 juta per 30 September 2020, termasuk kas dan setara kas sebesar USD516 juta. Chandra Asri secara proaktif melakukan percepatan pelunasan sebesar USD125 juta dari secured term loan terakhir pada Juli 2020 (semestinya jatuh tempo pada tahun 2023).
Hal ini dilakukan dengan membeli kembali obligasi dolar sebesar USD20 juta di pasar terbuka, dan menerbitkan obligasi rupiah dalam negeri sebesar USD68 juta. “Perseroan secara proaktif mengelola struktur modal sekaligus mengurangi biaya pendanaan secara keseluruhan,” katanya.
Suryandi pun menjelaskan, perseroan berhasil melakukan start-up pabrik MTBE (Methyl Tert-butyl Ether) dengan kapasitas 128 kilo ton per tahun dan pabrik Butene-1, dengan kapasitas 43 kilo ton per tahun pada bulan September 2020. Proyek senilai USD130,5 juta ini telah selesai tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi spesifikasi meskipun di tengah situasi pandemi yang menantang. (Lihat videonya: Pemprov DKI Putuskan Perpanjang Masa PSBB Transisi)
“Pabrik satu-satunya di Indonesia ini meningkatkan total kapasitas produksi Chandra Asri menjadi lebih dari 4,2 juta ton per tahun. Sementara untuk Enclosed Ground Flare baru dengan nilai investasi USD14 juta, lanjut dia, juga telah diselesaikan tepat waktu untuk mendukung komitmen kuat kami terhadap faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG),” tandasnya. (Rakhmat Baihaqi)
“Penurunan pendapatan akibat dari harga penjualan rata-rata produk yang lebih rendah, terutama untuk Olefins dan Polyolefins, tetapi dengan permintaan sehat yang kontinu menghasilkan peningkatan volume penjualan,” ujar Direktur TPIA Suryandi, dalam siaran persnya, kemarin. (Baca: Bolehkah Seorang Istri Menunda Kehamilan?)
Suryandi mengaku kinerja keuangan perseroan kuartal III/2020 cukup solid dengan EBITDA mencapai USD61 juta dan laba bersih sebesar USD21 juta selama tiga bulan dari Juli hingga September 2020. “Hal ini menjadikan EBITDA year to date (yoy) 2020 kami sebesar USD66 juta dan mengurangi kerugian bersih sebesar USD19 juta pada kuartal III/2020,” katanya.
Suryandi menuturkan, perseroan hingga kuartal III/2020 dapat menjual volume produksi secara stabil tanpa penurunan permintaan, untuk melayani kebutuhan pelanggan kami dan pasar domestik yang dinamis. Penjualan yang stabil ini dilatarbelakangi adanya perbaikan permintaan pada paruh kedua tahun 2020 dari China dan Asia Timur Laut. “Kekuatan bisnis karena adanya permintaan akan kemasan plastik sebagai produk berbiaya rendah dan higienis, dan fokus berkelanjutan kami pada keunggulan operasional untuk memberikan operasi yang lancar dan aman,” tuturnya. (Baca juga: Tips Tetap Sehat Selama Libur Panjang di Tengah Pandemi)
Menurut Suryandi, posisi neraca Chandra Asri tetap solid dengan kumpulan likuiditas sebesar USD797 juta per 30 September 2020, termasuk kas dan setara kas sebesar USD516 juta. Chandra Asri secara proaktif melakukan percepatan pelunasan sebesar USD125 juta dari secured term loan terakhir pada Juli 2020 (semestinya jatuh tempo pada tahun 2023).
Hal ini dilakukan dengan membeli kembali obligasi dolar sebesar USD20 juta di pasar terbuka, dan menerbitkan obligasi rupiah dalam negeri sebesar USD68 juta. “Perseroan secara proaktif mengelola struktur modal sekaligus mengurangi biaya pendanaan secara keseluruhan,” katanya.
Suryandi pun menjelaskan, perseroan berhasil melakukan start-up pabrik MTBE (Methyl Tert-butyl Ether) dengan kapasitas 128 kilo ton per tahun dan pabrik Butene-1, dengan kapasitas 43 kilo ton per tahun pada bulan September 2020. Proyek senilai USD130,5 juta ini telah selesai tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi spesifikasi meskipun di tengah situasi pandemi yang menantang. (Lihat videonya: Pemprov DKI Putuskan Perpanjang Masa PSBB Transisi)
“Pabrik satu-satunya di Indonesia ini meningkatkan total kapasitas produksi Chandra Asri menjadi lebih dari 4,2 juta ton per tahun. Sementara untuk Enclosed Ground Flare baru dengan nilai investasi USD14 juta, lanjut dia, juga telah diselesaikan tepat waktu untuk mendukung komitmen kuat kami terhadap faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG),” tandasnya. (Rakhmat Baihaqi)
(ysw)