Rupiah Melemah, Ekspor Bantul Terkoreksi
A
A
A
BANTUL - Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berdampak pada iklim industri di Kabupaten Bantul. Disperindagkop Kabupaten Bantul mencatat ada penurunan nilai ekspor sebanyak 5,11%.
Kepala Disperindagkop Bantul Sulistyanto mengakui, paska penurunan nilai tukar rupiah terhadap USD, pihaknya mulai melakukan identifikasi perusahaan atau sektor usaha yang terdampak.
Pada Kamis (3/9), pihaknya telah memanggil 40 unit usaha kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Bantul. "Dan hari ini kami akan gelar roadshow," ujarnya.
Dalam pertemuan pertama, dari 40 unit usaha kecil dan menengah ini memang ada yang terdampak. Sektor paling terasa adalah industri garmen. Kenaikan harga bahan baku mengakibatkan adanya penurunan produksi hingga penjualan mereka.
Pihaknya mencatat, selain industri garmen beberapa industri kecil juga terdampak. Beberapa perajin batik juga mulai merasakan ada penurunan omzet paska penurunan nilai tukar rupiah terhadap USD.
Omzet dan produksi industri garmen mengalami penurunan hingga 10% dibanding sebelum ada gejolak nilai tukar rupiah. "Memang ada beberapa sektor yang mengeluhkan terdampak," paparnya.
Sulis mengungkapkan pihaknya menggandeng perbankan dan juga Prisima. Perbankan sengaja digandeng karena ada beberapa sektor usaha yang mengeluhkan perihal keuangan mereka. Jika masih ada sektor usaha yang kesulitan dalam hal mengangsur ke perbankan pihaknya memfasilitasi adanya reschedule mereka.
Sementara, jika sektor usaha tersebut mengalami kesulitan dalam hal bahan baku, pihaknya juga menggandeng Prisima yang selama ini memang dikenal sebagai penyedia bahan baku.
Meski ada wacana akan mengurangi supply bahan baku, tetapi pihaknya masih berusaha membujuk Prisima untuk berpihak kepada sector usaha mikro menengah. "Kami melakukan roadshow agar mengetahui apa saja yang bisa difasilitasi pemerintah," terangnya.
Di sisi lain, terpuruknya nilai rupiah ini tidak sepenuhnya menyurutkan warga Indonesia untuk berwisata keluar negeri terutama kawasan ASEAN. Animo masyarakat untuk berwisata ke luar negeri khususnya di ASEAN ternyata masih tinggi, tidak mengalami penurunan.
Pemilik Sarana Internusa Tour And Travel yang ada di Bantul Surya mengatakan, September setidaknya empat rombongan dari Yogyakarta dan Jawa Tengah akan berwisata ke Malaysia dan Singapura.
Terpuruknya nilai mata uang tidak saja terjadi di Indonesia namun hampir semua negara dikawasan ASEAN sehingga tidak menjadi halangan untuk berwisata ke luar negeri khususnya negara ASEAN.
"Di Malaysia nilai ringgit juga turun, di Thailand nilai bath juga turun terhadap dolar. Paket wisata sendiri perorang selama 3 hari 2 malam sebesar Rp1,5 juta di luar harga tiket PP (Pulang Pergi)," tandasnya.
Kepala Disperindagkop Bantul Sulistyanto mengakui, paska penurunan nilai tukar rupiah terhadap USD, pihaknya mulai melakukan identifikasi perusahaan atau sektor usaha yang terdampak.
Pada Kamis (3/9), pihaknya telah memanggil 40 unit usaha kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Bantul. "Dan hari ini kami akan gelar roadshow," ujarnya.
Dalam pertemuan pertama, dari 40 unit usaha kecil dan menengah ini memang ada yang terdampak. Sektor paling terasa adalah industri garmen. Kenaikan harga bahan baku mengakibatkan adanya penurunan produksi hingga penjualan mereka.
Pihaknya mencatat, selain industri garmen beberapa industri kecil juga terdampak. Beberapa perajin batik juga mulai merasakan ada penurunan omzet paska penurunan nilai tukar rupiah terhadap USD.
Omzet dan produksi industri garmen mengalami penurunan hingga 10% dibanding sebelum ada gejolak nilai tukar rupiah. "Memang ada beberapa sektor yang mengeluhkan terdampak," paparnya.
Sulis mengungkapkan pihaknya menggandeng perbankan dan juga Prisima. Perbankan sengaja digandeng karena ada beberapa sektor usaha yang mengeluhkan perihal keuangan mereka. Jika masih ada sektor usaha yang kesulitan dalam hal mengangsur ke perbankan pihaknya memfasilitasi adanya reschedule mereka.
Sementara, jika sektor usaha tersebut mengalami kesulitan dalam hal bahan baku, pihaknya juga menggandeng Prisima yang selama ini memang dikenal sebagai penyedia bahan baku.
Meski ada wacana akan mengurangi supply bahan baku, tetapi pihaknya masih berusaha membujuk Prisima untuk berpihak kepada sector usaha mikro menengah. "Kami melakukan roadshow agar mengetahui apa saja yang bisa difasilitasi pemerintah," terangnya.
Di sisi lain, terpuruknya nilai rupiah ini tidak sepenuhnya menyurutkan warga Indonesia untuk berwisata keluar negeri terutama kawasan ASEAN. Animo masyarakat untuk berwisata ke luar negeri khususnya di ASEAN ternyata masih tinggi, tidak mengalami penurunan.
Pemilik Sarana Internusa Tour And Travel yang ada di Bantul Surya mengatakan, September setidaknya empat rombongan dari Yogyakarta dan Jawa Tengah akan berwisata ke Malaysia dan Singapura.
Terpuruknya nilai mata uang tidak saja terjadi di Indonesia namun hampir semua negara dikawasan ASEAN sehingga tidak menjadi halangan untuk berwisata ke luar negeri khususnya negara ASEAN.
"Di Malaysia nilai ringgit juga turun, di Thailand nilai bath juga turun terhadap dolar. Paket wisata sendiri perorang selama 3 hari 2 malam sebesar Rp1,5 juta di luar harga tiket PP (Pulang Pergi)," tandasnya.
(izz)