Pengamat Nilai FSRU Lampung Sejak Awal Dipaksakan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahaean menilai bahwa Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) Lampung sudah sejak awal dipaksakan.
Dia mengatakan mangkraknya FSRU Lampung sudah diprediksi sejak awal. Karena, Lampung sejatinya bukan daerah industri atau pun tujuan industri.
"Jadi FSRU Lampung ini memang dipaksakan. Kita tidak pernah tahu, mengapa tiba-tiba dipindahkan ke Lampung. Padahal ketika itu Pertamina sudah melakukan feasibility study. Padahal di Sumatera Utara, banyak industri yang bisa menyerap gas dari FSRU Belawan," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (12/9/2015).
Ferdinand pun meminta, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) membuktikan komitmen awal untuk menyalurkan gas ke 14 industri dan tiga pembangkit listrik di Lampung. Adapun industri tersebut antara lain Hotel Aston Lampung, PT Garuda Food Putra Prima, PT Gizai Utama, Novotel Lampung, PT Coca Cola Amatil, dan PT Nestle Indonesia.
Sedangkan tiga pembangkit listrik yang dimaksud adalah Sri Bawono, Sutami, dan Tarahan. "Nyatanya bagaimana? Tidak satupun yang mempergunakan gas dari FSRU Lampung. Bahkan PLN akhirnya kembali mempergunakan solar dan batu bara, karena tidak adanya kesesuaian harga," lanjut dia.
Dengan adanya kasus tersebut, dia berharap PGN dapat kembali fokus pada sektor hilir, dan tidak memaksakan diri di sektor hulu. Jangan hanya tergiur keuntungan besar, kemudian merambah bisnis yang tidak dikuasai.
"Akibatnya bisa fatal. Lihat saja bursa efek, harga saham mereka terjun bebas dan mengalami auto reject di bawah 10%," tandasnya. (lly)
Dia mengatakan mangkraknya FSRU Lampung sudah diprediksi sejak awal. Karena, Lampung sejatinya bukan daerah industri atau pun tujuan industri.
"Jadi FSRU Lampung ini memang dipaksakan. Kita tidak pernah tahu, mengapa tiba-tiba dipindahkan ke Lampung. Padahal ketika itu Pertamina sudah melakukan feasibility study. Padahal di Sumatera Utara, banyak industri yang bisa menyerap gas dari FSRU Belawan," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (12/9/2015).
Ferdinand pun meminta, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) membuktikan komitmen awal untuk menyalurkan gas ke 14 industri dan tiga pembangkit listrik di Lampung. Adapun industri tersebut antara lain Hotel Aston Lampung, PT Garuda Food Putra Prima, PT Gizai Utama, Novotel Lampung, PT Coca Cola Amatil, dan PT Nestle Indonesia.
Sedangkan tiga pembangkit listrik yang dimaksud adalah Sri Bawono, Sutami, dan Tarahan. "Nyatanya bagaimana? Tidak satupun yang mempergunakan gas dari FSRU Lampung. Bahkan PLN akhirnya kembali mempergunakan solar dan batu bara, karena tidak adanya kesesuaian harga," lanjut dia.
Dengan adanya kasus tersebut, dia berharap PGN dapat kembali fokus pada sektor hilir, dan tidak memaksakan diri di sektor hulu. Jangan hanya tergiur keuntungan besar, kemudian merambah bisnis yang tidak dikuasai.
"Akibatnya bisa fatal. Lihat saja bursa efek, harga saham mereka terjun bebas dan mengalami auto reject di bawah 10%," tandasnya. (lly)
(dmd)