Ekspor Jepang Melambat pada Agustus
A
A
A
TOKYO - Pertumbuhan ekspor Jepang pada Agustus melambat untuk bulan kedua, sinyal melemahnya permintaan, terutama dari China.
Nilai ekspor naik 3,1% pada Agustus dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan Bloomberg dengan kenaikan sebesar 4,3% dan di bawah Juli sebesar 7,6%. Sementara impor turun 3,1%, meninggalkan defisit sebesar 569,7 miliar yen atau setara USD4,7 miliar.
Ekspor ke China anjlok 4,6% karena gejolak pasar dan perlambatan ekonomi di mitra dagang terbesar Jepang tersebut, sehingga melemahkan permintaan. Data mengecewakan dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi setelah inflasi meluncur kembali ke nol.
"Fokus lanjutan terhadap berapa besar pertumbuhan akan rebound dari Juli hingga September," kata ekonom di SMBC Nikko Securities Inc Koya Miyamae, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (17/9/2015).
Miyamae, dalam catatan sebelum rilis data mengatakan, penurunan kedua berturut-turut dalam produk domestik bruto (PDB) kemungkinan akan mendorong stimulus lebih lanjut dari pemerintah dan Bank of Japan.
Nilai ekspor naik 3,1% pada Agustus dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan Bloomberg dengan kenaikan sebesar 4,3% dan di bawah Juli sebesar 7,6%. Sementara impor turun 3,1%, meninggalkan defisit sebesar 569,7 miliar yen atau setara USD4,7 miliar.
Ekspor ke China anjlok 4,6% karena gejolak pasar dan perlambatan ekonomi di mitra dagang terbesar Jepang tersebut, sehingga melemahkan permintaan. Data mengecewakan dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi setelah inflasi meluncur kembali ke nol.
"Fokus lanjutan terhadap berapa besar pertumbuhan akan rebound dari Juli hingga September," kata ekonom di SMBC Nikko Securities Inc Koya Miyamae, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (17/9/2015).
Miyamae, dalam catatan sebelum rilis data mengatakan, penurunan kedua berturut-turut dalam produk domestik bruto (PDB) kemungkinan akan mendorong stimulus lebih lanjut dari pemerintah dan Bank of Japan.
(rna)