Kesalahan BI Ini Dianggap Buat Rupiah Terjun Bebas
A
A
A
JAKARTA - Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menganggap ada kesalahan Bank Indonesia (BI) yang membuat rupiah terjun bebas terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Dia menyatakan, BI terlalu menyerahkan kurs rupiah ke pasar. Padahal, pemerintahan BI terdahulu, kurs rupiah sangat dikontrol oleh BI, sehingga ketika nilainya merosot sedikit, bisa langsung dievaluasi dan dikendalikan.
"Rupiah kita ini agak sulit naik karena saya bilang, BI sudah kadung (terlanjur) lepas kontrol. BI itu waktu periode Boediono dan Darmin dari awal sudah mengontrol rupiah dengan ketat. Begitu ada gejolak sedikit, bisa terkendali karena dikendalikan oleh mereka. Nah, kesalahannya sekarang, rupiah dilepas ke pasar, tidak ada patokan, semua terserah pasar. Kalau sudah begini, ketika ada gejolak yang over control, berat untuk dibalikkan," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (4/10/2015).
Kendati demikian, Kiswoyo berharap, rupiah tidak akan tembus ke angka Rp15.000/USD, meskipun kemungkinan itu cukup terbuka.
"Tapi jangan sampai ke situ (Rp15.000/USD), itu bahaya. Jadi, memang saat ini resistennya Rp14.700/USD meskipun paling tinggi Rp15.000/USD. Jangan lupa juga, gejolak ini karena imbas waktu kenaikan suku bunga oleh The Fed yang tidak jelas kepastiannya. Nah, kalau sampai akhir bulan ini meeting FOMC memastikan suku bunga naik, gejolak akan berakhir," tutur dia.
Di samping itu, Kiswoyo berharap, rupiah akan membaik jelang rilis paket kebijakan Presiden Jokowi jilid III. Meski tak permanen, namun apresiasi rupiah diharapkan bisa terjadi.
"Soal paket kebijakan saya rasa ada pengaruh sedikit ke apresiasi rupiah, tapi jelas jangka pendek. Yang penting, bagaimana nanti ke depannya upaya pemerintah dalam menjaga kondisi mata uang kita," pungkasnya.
Baca:
Rupiah Diprediksi Bergejolak Jelang Rapat The Fed
Gubernur BI: Rupiah Masih Tersengat Kondisi Global
Dia menyatakan, BI terlalu menyerahkan kurs rupiah ke pasar. Padahal, pemerintahan BI terdahulu, kurs rupiah sangat dikontrol oleh BI, sehingga ketika nilainya merosot sedikit, bisa langsung dievaluasi dan dikendalikan.
"Rupiah kita ini agak sulit naik karena saya bilang, BI sudah kadung (terlanjur) lepas kontrol. BI itu waktu periode Boediono dan Darmin dari awal sudah mengontrol rupiah dengan ketat. Begitu ada gejolak sedikit, bisa terkendali karena dikendalikan oleh mereka. Nah, kesalahannya sekarang, rupiah dilepas ke pasar, tidak ada patokan, semua terserah pasar. Kalau sudah begini, ketika ada gejolak yang over control, berat untuk dibalikkan," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (4/10/2015).
Kendati demikian, Kiswoyo berharap, rupiah tidak akan tembus ke angka Rp15.000/USD, meskipun kemungkinan itu cukup terbuka.
"Tapi jangan sampai ke situ (Rp15.000/USD), itu bahaya. Jadi, memang saat ini resistennya Rp14.700/USD meskipun paling tinggi Rp15.000/USD. Jangan lupa juga, gejolak ini karena imbas waktu kenaikan suku bunga oleh The Fed yang tidak jelas kepastiannya. Nah, kalau sampai akhir bulan ini meeting FOMC memastikan suku bunga naik, gejolak akan berakhir," tutur dia.
Di samping itu, Kiswoyo berharap, rupiah akan membaik jelang rilis paket kebijakan Presiden Jokowi jilid III. Meski tak permanen, namun apresiasi rupiah diharapkan bisa terjadi.
"Soal paket kebijakan saya rasa ada pengaruh sedikit ke apresiasi rupiah, tapi jelas jangka pendek. Yang penting, bagaimana nanti ke depannya upaya pemerintah dalam menjaga kondisi mata uang kita," pungkasnya.
Baca:
Rupiah Diprediksi Bergejolak Jelang Rapat The Fed
Gubernur BI: Rupiah Masih Tersengat Kondisi Global
(rna)