Rupiah Dibuka Berjaya Pascarilis Data Pekerjaan AS
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal pekan ini dibuka berjaya pascarilis data pekerjaan AS, yang di bawah ekspektasi analis.
Data Yahoo Finance, rupiah berada pada level Rp14.565/USD. Posisi itu membaik 70 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.635/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp14.637/USD, namun pada pukul 10.00 WIB menguat ke Rp14.565/USD. Posisi tersebut kian positif dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp14.646/USD.
Posisi rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp14.584/USD. Posisi itu menguat 84 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.668/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp14.604/USD, terapresiasi 105 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp14.709/USD. (Baca: Kesalahan BI Ini Dianggap Buat Rupiah Terjun Bebas)
Sementara USD merawat kerugian pada Senin, merayap menjauh dari level rendah dalam hampir dua pekan terhadap sejumlah mata uang setelah lemahnya data pekerjaan AS. Hal itu menyebabkan para pedagang mengurangi taruhan bahwa Federal Reserve (The Fed) siap untuk menaikkan suku bunga pada awal bulan ini.
Data tenaga kerja AS menunjukkan bahwa pengusaha hanya menambah 142.000 pekerjaan pada bulan lalu, jauh dari ekspektasi ekonom dengan kenaikan sebanyak 203.000 pekerjaan.
Indeks USD menguat terhadap enam mata uang utama, dari 95,218, level terendah sejak 21 September menjadi 95,887, naik sekitar 0,1%.
"Meskipun FOMC diperkirakan akan menunda kenaikan suku bunga kali pertama sampai kuartal pertama tahun depan setelah laporan tenaga kerja pekan lalu, kami tetap percaya bahwa ekonomi AS mampu menghasilkan inflasi karena relatif ketatnya pasar tenaga kerja," kata ahli strategi di Barclays dalam sebuah catatan kepada klien, seperti dilansir dari Reuters, Senin (5/10/2015).
Menurut mereka, memburuknya pertumbuhan dan melemahnya prospek inflasi di Jepang akan meningkatkan tekanan kepada Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk bertindak lebih awal dalam mengambil langkah-langkah stimulus tambahan pada pertemuan 30 Oktober dari pada pertemuan April 2016.
USD terhadap yen berada di 120,06, naik sekitar 0,1% dan bergerak menjauh dari level rendah 118,68, terendah sejak 7 September. Sementara euro terhadap yen diperdagangkan pada 134,68, naik sekitar 0,2% pada Jumat. Euro terhadap USD berada di 1,1216, naik 0,1% setelah berada di level tertinggi hampir dua pekan pada sesi sebelumnya di 1,1319/USD.
Baca:
Laju Rupiah Diprediksi Tertekan USD
Rupiah Diprediksi Bergejolak Jelang Rapat The Fed
Data Yahoo Finance, rupiah berada pada level Rp14.565/USD. Posisi itu membaik 70 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.635/USD.
Nilai tukar rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp14.637/USD, namun pada pukul 10.00 WIB menguat ke Rp14.565/USD. Posisi tersebut kian positif dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp14.646/USD.
Posisi rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp14.584/USD. Posisi itu menguat 84 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp14.668/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp14.604/USD, terapresiasi 105 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp14.709/USD. (Baca: Kesalahan BI Ini Dianggap Buat Rupiah Terjun Bebas)
Sementara USD merawat kerugian pada Senin, merayap menjauh dari level rendah dalam hampir dua pekan terhadap sejumlah mata uang setelah lemahnya data pekerjaan AS. Hal itu menyebabkan para pedagang mengurangi taruhan bahwa Federal Reserve (The Fed) siap untuk menaikkan suku bunga pada awal bulan ini.
Data tenaga kerja AS menunjukkan bahwa pengusaha hanya menambah 142.000 pekerjaan pada bulan lalu, jauh dari ekspektasi ekonom dengan kenaikan sebanyak 203.000 pekerjaan.
Indeks USD menguat terhadap enam mata uang utama, dari 95,218, level terendah sejak 21 September menjadi 95,887, naik sekitar 0,1%.
"Meskipun FOMC diperkirakan akan menunda kenaikan suku bunga kali pertama sampai kuartal pertama tahun depan setelah laporan tenaga kerja pekan lalu, kami tetap percaya bahwa ekonomi AS mampu menghasilkan inflasi karena relatif ketatnya pasar tenaga kerja," kata ahli strategi di Barclays dalam sebuah catatan kepada klien, seperti dilansir dari Reuters, Senin (5/10/2015).
Menurut mereka, memburuknya pertumbuhan dan melemahnya prospek inflasi di Jepang akan meningkatkan tekanan kepada Bank Sentral Jepang (BOJ) untuk bertindak lebih awal dalam mengambil langkah-langkah stimulus tambahan pada pertemuan 30 Oktober dari pada pertemuan April 2016.
USD terhadap yen berada di 120,06, naik sekitar 0,1% dan bergerak menjauh dari level rendah 118,68, terendah sejak 7 September. Sementara euro terhadap yen diperdagangkan pada 134,68, naik sekitar 0,2% pada Jumat. Euro terhadap USD berada di 1,1216, naik 0,1% setelah berada di level tertinggi hampir dua pekan pada sesi sebelumnya di 1,1319/USD.
Baca:
Laju Rupiah Diprediksi Tertekan USD
Rupiah Diprediksi Bergejolak Jelang Rapat The Fed
(rna)