Menperin: Transfer Teknologi Eratkan Investasi Jerman
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mendorong perusahaan asal Jerman memacu transfer teknologi selama mereka melakukan aktivitas bisnis dan investasi di Indonesia. Apalagi negara nomor satu di Eropa itu dikenal memiliki tradisi kuat dalam riset dan penguasaan teknologi yang mumpuni.
“Itu kondisi ideal yang kita harapkan agar sama-sama happy. Kita yang sedang membangun infrastruktur tentu butuh teknologi mereka, sebaliknya Jerman kan juga butuh negara seperti Indonesia untuk memutar investasi mereka,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai memberi sambutan Hari Jadi ke-40 Siemens Indonesia di Pulomas, Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/10/2015).
Transfer teknologi dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain produksi bersama alias joint production dengan menggandeng perusahaan lokal, pola sistematis dan terstruktur lainnya bisa diambil dengan mendirikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan perusahaan terkait.
Khusus untuk Siemens, Saleh Husin mengapresiasi karena perusahaan multinasional asal Jerman itu menunjukkan dukungan dalam mengembangkan industri di Indonesia, terutama di sektor energi dan permesinan.
Pada kunjungannya, Menperin juga sekaligus meresmikan Pusat Kompetensi Sistem Tegangan Menengah milik perusahaan itu yang diharapkan turut mempercepat proses transfer teknologi dan penguasaan ilmu pengetahuan secara umum.
Ekspansi Siemens di Indonesai dilakukan dengan membangun new assembly line untuk teknologi distribusi energi dan mendukung program ketenagalistrikan 35.000 MW dan program transmisi serta distribusi energi.
“Saya berharap Siemens mengembangkan bisnisnya di Indonesia dan memperluas fasilitas produksi serta menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di wilayah Asia,” ujar Menperin.
Indonesia, lanjut Saleh, memiliki target untuk menjadi negara industri baru pada tahun 2025 dengan mendorong industri agro, alat transportasi dan informasi-komunikasi sebagai industri masa depan.
Guna mewujudkannya, pelaku sektor bisnis dan akademis digandeng Kemenperin untuk mengembangkan industri barang modal yang mencakup empat bidang. Yaitu, penguasaan teknologi dari sistem konvensional, menengah hingga tingkat advance baik dalam proses perakitan maupun pembuatan komponen (Technoware).
Lantas, memperkuat kualitas tenaga kerja untuk mengisi kekurangan tenaga kerja berkualitas dengan kapasitas teknik supervisor (Humanware), pengembangan sistem informasi untuk mendukung kegiatan manajemen, termasuk data dan catatan perkembangan teknologi serta kegiatan R&D (Infoware), dan mempersiapkan struktur organisasi dan institusi sehingga menciptakan organisasi pembelajar di dalam perusahaan (Organware).
“Itu kondisi ideal yang kita harapkan agar sama-sama happy. Kita yang sedang membangun infrastruktur tentu butuh teknologi mereka, sebaliknya Jerman kan juga butuh negara seperti Indonesia untuk memutar investasi mereka,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai memberi sambutan Hari Jadi ke-40 Siemens Indonesia di Pulomas, Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/10/2015).
Transfer teknologi dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain produksi bersama alias joint production dengan menggandeng perusahaan lokal, pola sistematis dan terstruktur lainnya bisa diambil dengan mendirikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan perusahaan terkait.
Khusus untuk Siemens, Saleh Husin mengapresiasi karena perusahaan multinasional asal Jerman itu menunjukkan dukungan dalam mengembangkan industri di Indonesia, terutama di sektor energi dan permesinan.
Pada kunjungannya, Menperin juga sekaligus meresmikan Pusat Kompetensi Sistem Tegangan Menengah milik perusahaan itu yang diharapkan turut mempercepat proses transfer teknologi dan penguasaan ilmu pengetahuan secara umum.
Ekspansi Siemens di Indonesai dilakukan dengan membangun new assembly line untuk teknologi distribusi energi dan mendukung program ketenagalistrikan 35.000 MW dan program transmisi serta distribusi energi.
“Saya berharap Siemens mengembangkan bisnisnya di Indonesia dan memperluas fasilitas produksi serta menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di wilayah Asia,” ujar Menperin.
Indonesia, lanjut Saleh, memiliki target untuk menjadi negara industri baru pada tahun 2025 dengan mendorong industri agro, alat transportasi dan informasi-komunikasi sebagai industri masa depan.
Guna mewujudkannya, pelaku sektor bisnis dan akademis digandeng Kemenperin untuk mengembangkan industri barang modal yang mencakup empat bidang. Yaitu, penguasaan teknologi dari sistem konvensional, menengah hingga tingkat advance baik dalam proses perakitan maupun pembuatan komponen (Technoware).
Lantas, memperkuat kualitas tenaga kerja untuk mengisi kekurangan tenaga kerja berkualitas dengan kapasitas teknik supervisor (Humanware), pengembangan sistem informasi untuk mendukung kegiatan manajemen, termasuk data dan catatan perkembangan teknologi serta kegiatan R&D (Infoware), dan mempersiapkan struktur organisasi dan institusi sehingga menciptakan organisasi pembelajar di dalam perusahaan (Organware).
(dmd)