Rupiah Berakhir Terkoreksi Pascakebijakan Moneter China

Senin, 26 Oktober 2015 - 17:07 WIB
Rupiah Berakhir Terkoreksi...
Rupiah Berakhir Terkoreksi Pascakebijakan Moneter China
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan awal pekan ini ditutup terkoreksi, di tengah dolar Amerika Serikat (USD) yang turun tipis pascakebijakan moneter China.

Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada angka Rp13.673/USD, dengan kisaran harian Rp13.588-Rp13.750/USD. Posisi tersebut memburuk 48 poin dibanding posisi akhir pekan lalu di Rp13.625/USD.

Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.668/USD. Posisi ini melemah 32 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.636/USD.

Rupiah berdasarkan data Bloomberg berada pada level 13.648/USD atau tertekan 27 poin dibanding penutupan akhir pekan berakhir di level Rp13.621/USD.

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.643/USD, anjlok 152 poin dari posisi Rp13.491/USD pada akhir pekan lalu.

Sementara USD turun tipis level tertinggi 2,5 bulan terhadap sejumlah mata uang utama pada hari ini, meskipun peningkatan risk appetite di tengah putaran baru pelonggaran moneter dari China membatasi kerugian USD.

Pasar saham global reli setelah China memangkas suku untuk kali keenam tahun ini pada akhir pekan lalu, hanya sehari setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengisyaratkan bahwa pihaknya siap untuk meningkatkan program stimulus.

Imbal hasil obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun naik hampir 6 basis poin pada hari Jumat ke level tertinggi dua pekan karena permintaan untuk safe haven memudar, memberikan dukungan kepada USD, dengan indeks USD pada 97,201, terkuat sejak 12 Agustus 2015.

Tetapi indeks USD turun tipis 0,3% pada hari ini ke 96,762, sementara USD turun 0,5% terhadap yen ke 120,84.

"Ada koreksi ringan menyusul langkah besar minggu lalu tapi bias akan menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam euro terhadap USD dan USD terhadap yen," kata ahli strategi mata uang BNP Paribas Sam Lynton-Brown, seperti dilansir dari Reuters, Senin (26/10/2015).

Euro terhadap USD naik 0,4% menjadi 1,1050, dari koreksi terendah dalam 2,5 bulan di 1,0989 pada awal sesi perdagangan Asia.

Pelonggaran kuantitatif China pada Jumat lalu merupakan kebijakan moneter yang berbeda dengan kebijakan Federal Reserve AS, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, dan bank sentral lainnya. (Baca: Program Stimulus China Berbeda dengan ECB dan Fed)

Federal Reserve AS membuat keputusan kebijakan terbaru pada Rabu, dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga untuk saat ini.

"Secara global, fokus sekarang adalah pada bank sentral dan kebijakan moneter secara keseluruhan. USD terhadap yen misalnya didorong meningkatnya risk appetite, bukan pada harapan pelonggaran oleh Bank Sentral Jepang saja," kata Kepala Strategi Valuta Asing di Barclays Shinichiro Kadota.

Baca:

Bursa China Naik Tinggi, IHSG Berakhir Dekati 4.700

Rupiah Siang Ini Menderita, IHSG Bergairah
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0691 seconds (0.1#10.140)