BCA Bukukan Laba Rp13 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp13,4 triliun hingga periode kuartal III 2015. Laba ini naik 9,6% dibandingkan periode sama tahun 2014 (YoY) senilai Rp12,2 triliun. Segmen korporasi mulai menjadi mesin penggerak kinerja perseroan di paruh kedua tahun ini.
Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja menjelaskan, pertumbuhan kinerja bank di tengah perlambatan ekonomi didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional. Pendapatan operasional naik 13,9% dari Rp30,2 triliun menjadi Rp34,4 triliun di tahun ini.
"Sampai triwulan III kami mencatat outstanding portofolio kredit Rp364,8 triliun atau naik 10,3% dari tahun lalu. Sampai akhir tahun setidaknya kita jaga kredit tumbuh sekitar 11-12%. Untuk Net Interest Margin (NIM) sementara tidak berusaha dinaikkan atau turunkan dari 6,6%. Karena dari segi pembiayaan biayanya cukup besar," ujar Jahja dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/10/2015).
Dia menjelaskan kontribusi tertinggi kredit tercatat dari sektor korporasi yang berhasil tumbuh sebesar 12% menjadi Rp126,1 triliun. Kemudian disusul kredit komersial dan UKM yang tumbuh 9,3% menjadi Rp140,4 triliun. Kredit konsumer didukung KPR yang naik 9,5% menjadi Rp58 triliun, dan juga kredit kendaraan bermotor yang naik 10,6% menjadi Rp31,6 triliun.
"Pencairan kredit korporasi naik Rp12,9 triliun atau 11,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pencairan seperti kredit investasi dan modal kerja sehingga banyak perusahaan sudah mulai lakukan penarikan," katanya.
Meski angka penyaluran kredit tumbuh di atas 10%, BCA berhasil mempertahankan angka Non Performing Loan (NPL) di angka 0,7%. Perseroan menyadari, terdapat risiko kredit bermasalah yang berpotensi memberi tekanan terhadap profitabilitas perseroan ke depan. Untuk itu, pengawasan aktif terhadap kualitas aset, penyaluran kredit yang hati-hati, penguatan posisi permodalan dan pengetatan beban operasional menjadi prioritas utama guna mempertahankan hasil kinerja yang positif.
Sementara untuk sisi pendanaan, BCA mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7% menjadi Rp462,3 triliun. "Bunga deposito dipertahankan di Oktober. Karena pendanaan naik 7% dan kredit 10%. Sehingga DPK lebih lambat membuat deposito kita tahan. Untuk rasio pinjaman dibandingkan pendanaan (LFR) sudah aman di 78%. Jadi tahan disitu. Meskipun LPS baru turunkan suku bunga penjaminan, namun dari awal tahun kita tahun 8 kali turunkan suku bunga deposito," jelas Jahja.
Direktur BCA Dahlia M Ariotedjo menambahkan, kondisi saat ini cukup menggembirakan karena penyaluran kredit korporasi perseroan pada kuartal sebelumnya tercatat turun. Namun saat ini justru mencatat perkembangan dan kebutuhan dana datang dari sektor pariwisata dan properti, termasuk konstruksi dan bahan kimia dan plastik.
"Yang paling besar itu pertumbuhan kredit korporasi dari sektor telekomunikasi, bahan kimia, dan perhotelan. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi ini sepertinya ada ruang belanja modal atau capex yang harus mereka jalankan untuk akhir tahun. Kredit investasi dan kredit modal kerja mulai terlihat berjalan, kami kira akan berlanjut hingga tahun depan," ujar Dahlia.
Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja menjelaskan, pertumbuhan kinerja bank di tengah perlambatan ekonomi didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional. Pendapatan operasional naik 13,9% dari Rp30,2 triliun menjadi Rp34,4 triliun di tahun ini.
"Sampai triwulan III kami mencatat outstanding portofolio kredit Rp364,8 triliun atau naik 10,3% dari tahun lalu. Sampai akhir tahun setidaknya kita jaga kredit tumbuh sekitar 11-12%. Untuk Net Interest Margin (NIM) sementara tidak berusaha dinaikkan atau turunkan dari 6,6%. Karena dari segi pembiayaan biayanya cukup besar," ujar Jahja dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/10/2015).
Dia menjelaskan kontribusi tertinggi kredit tercatat dari sektor korporasi yang berhasil tumbuh sebesar 12% menjadi Rp126,1 triliun. Kemudian disusul kredit komersial dan UKM yang tumbuh 9,3% menjadi Rp140,4 triliun. Kredit konsumer didukung KPR yang naik 9,5% menjadi Rp58 triliun, dan juga kredit kendaraan bermotor yang naik 10,6% menjadi Rp31,6 triliun.
"Pencairan kredit korporasi naik Rp12,9 triliun atau 11,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pencairan seperti kredit investasi dan modal kerja sehingga banyak perusahaan sudah mulai lakukan penarikan," katanya.
Meski angka penyaluran kredit tumbuh di atas 10%, BCA berhasil mempertahankan angka Non Performing Loan (NPL) di angka 0,7%. Perseroan menyadari, terdapat risiko kredit bermasalah yang berpotensi memberi tekanan terhadap profitabilitas perseroan ke depan. Untuk itu, pengawasan aktif terhadap kualitas aset, penyaluran kredit yang hati-hati, penguatan posisi permodalan dan pengetatan beban operasional menjadi prioritas utama guna mempertahankan hasil kinerja yang positif.
Sementara untuk sisi pendanaan, BCA mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7% menjadi Rp462,3 triliun. "Bunga deposito dipertahankan di Oktober. Karena pendanaan naik 7% dan kredit 10%. Sehingga DPK lebih lambat membuat deposito kita tahan. Untuk rasio pinjaman dibandingkan pendanaan (LFR) sudah aman di 78%. Jadi tahan disitu. Meskipun LPS baru turunkan suku bunga penjaminan, namun dari awal tahun kita tahun 8 kali turunkan suku bunga deposito," jelas Jahja.
Direktur BCA Dahlia M Ariotedjo menambahkan, kondisi saat ini cukup menggembirakan karena penyaluran kredit korporasi perseroan pada kuartal sebelumnya tercatat turun. Namun saat ini justru mencatat perkembangan dan kebutuhan dana datang dari sektor pariwisata dan properti, termasuk konstruksi dan bahan kimia dan plastik.
"Yang paling besar itu pertumbuhan kredit korporasi dari sektor telekomunikasi, bahan kimia, dan perhotelan. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi ini sepertinya ada ruang belanja modal atau capex yang harus mereka jalankan untuk akhir tahun. Kredit investasi dan kredit modal kerja mulai terlihat berjalan, kami kira akan berlanjut hingga tahun depan," ujar Dahlia.
(dmd)