Bisnis Perhotelan Lesu

Jum'at, 06 November 2015 - 03:18 WIB
Bisnis Perhotelan Lesu
Bisnis Perhotelan Lesu
A A A
SEMARANG - Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang baik selama 2015 berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di Jawa Tengah (Jateng). Tingkat hunian hotel di Jateng diperkirakan mengalami penurunan hingga 15% sepanjang tahun ini.

Ketua Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah, Heru Isnawan mengatakan, bisnis perhotelan pada tahun ini dipastikan mengalami kemerosotan dibandingkan tahun lalu. “Sepanjang tahun ini, tingkat hunian hotel di Jawa Tengah menurun sekitar 15% dibandingkan periode sama tahun lalu,” ujarnya, Kamis (5/11/2015).

Dia menyebutkan, kondisi ekonomi yang lesu sejak awal tahun menjadi salah satu penyebab menurunnya bisnis perhotelan. Penambahan jumlah hotel baru tidak seimbang dengan permintaan yang ada.

“Selain itu, kebijakan pemerintah yang melarang adanya kegiatan di hotel juga sangat mempengaruhi pendapatan hotel. Apalagi, selama ini dunia perhotelan cenderung mengandalkan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) sebagai pemasukan utamanya. Selama ini kontribusi MICE sendiri mencapai 50% dari total pendapatan hotel. Sedangkan sisanya dari leasure, dan hunian hotel,” katanya.

Heru mengaku, pada tahun ini sejak Januari kondisi bisnis perhotelan memang kurang bagus. Hal itu sudah dirasakan baik dari tingkat hunian, rata-rata penjualan ritel kamar, serta rata-rata tinggal.

Terkait mulai adanya kelonggaran dari pemerintah untuk melakukan aktivitas MICE di hotel belakangan ini, Heru mengaku, sedikit ada peningkatan. Apalagi menjelang akhir tahun, banyak instansi yang menghabiskan anggaran dengan melakukan MICE di hotel.

Sementara, saat ini di Jateng 'city ocupansi' hanya sekitar 40%, turun 15% dibandingkan tahun lalu. Saat ini, masing-masing hotel masih beradu strategi untuk meningkatkan kinerjanya, seperti memanfaatkan media sosial untuk mengenalkan produk, fasilitas, dan layanannya.

Terpisah, Operation Manager Dalu Grha Agrapana (Hotel Dalu), Gregorius Koko mengaku, pengetatan kegiatan pemerintahan yang dilakukan di hotel sangat berpengaruh. “Hampir semua mengalami penurunan,” ujarnya.

Dia menuturkan bila kondisi ekonomi turun, maka kondisi bisnis perhotelan juga ikut mengalami penurunan. Sebab itu, tahun ini industri perhotelan berlomba-lomba melakukan efisiensi.

“Untuk menyiasati dengan mencari pasar-pasar baru. Contohnya, di Hotel Dalu dikelilingi gedung-gedung besar untuk pernikahan, seperti Masjid Agung, AMNI, USM, Manunggal Jati, sehingga butuh kamar untuk tamu. Cukup mempengaruhi hunian Hotel Dalu. Apalagi Hotel Dalu menjadi satu-satunya yang ada di Semarang Timur,” jelasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5965 seconds (0.1#10.140)