BI Rate Berpeluang Turun karena Inflasi Inti Rendah
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai Bank Indonesia (BI) yang punya wewenang otoritas moneter berpeluang menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) setelah melihat kecilnya angka inflasi komponen inti (core inflation) pada November 2015. Sebelumnya BPS mencatat inflasi pada November 2015 sebesar 0,21 persen dan menjadi yang terendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Secara tahunan (year on year/yoy) inflai inti tercatat 4,77 persen atau terendah sepanjang 2015. Turun dibandingkan inflasi komponen inti Oktober yang sebesar 5,02 persen. "Ini membuka peluang untuk otoritas moneter menurunkan suku bunga. Karena inflasi yang rendah saya kira akan membuka ruang (untuk menurunkan)," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Jika BI melakukan penurunan suku bunga misalnya 0,25 persen saja, maka ini sangat memberikan peluang untuk para pengusaha. Pasalnya menurut Sasmito, penurunan suku bunga BI yang diharapkan pengusaha bisa menjadi stimulus pendorong ekonomi. "Sehingga nanti kalau katakanlah harapan pengusaha bahkan pemerintah, BI menurunkan BI ratenya bisa mendorong ekonomi Indonesia," tambah dia.
Namun, kata Sasmito, pihaknya memahami, sebagai lembaga independen, BI pasti memiliki perhitungan tersendiri dalam menetapkan BI Rate. Peluang inflasi yang rendah ini, bisa saja dimanfaatkan atau tidak oleh Bank Indonesia. Itu semua tergantung otoritas BI. Ia juga menambahkan dari 883 objek survei inflasi, sebanyak hampir 600 lebih masuk dalam perhitungan inflasi komponen inti.
Meski begitu BI bisa mengambil kebijakan penetapan suku bunga dengan tidak hanya memperhatikan inflasi, tapi juga ada faktor-faktor lain. "BI pasti melakukan kalkulasi yang tepat terkait ada tidaknya dampaknya ke nilai tukar, sebab itu jangan sampai melemah, " pungkasnya.
Secara tahunan (year on year/yoy) inflai inti tercatat 4,77 persen atau terendah sepanjang 2015. Turun dibandingkan inflasi komponen inti Oktober yang sebesar 5,02 persen. "Ini membuka peluang untuk otoritas moneter menurunkan suku bunga. Karena inflasi yang rendah saya kira akan membuka ruang (untuk menurunkan)," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Jika BI melakukan penurunan suku bunga misalnya 0,25 persen saja, maka ini sangat memberikan peluang untuk para pengusaha. Pasalnya menurut Sasmito, penurunan suku bunga BI yang diharapkan pengusaha bisa menjadi stimulus pendorong ekonomi. "Sehingga nanti kalau katakanlah harapan pengusaha bahkan pemerintah, BI menurunkan BI ratenya bisa mendorong ekonomi Indonesia," tambah dia.
Namun, kata Sasmito, pihaknya memahami, sebagai lembaga independen, BI pasti memiliki perhitungan tersendiri dalam menetapkan BI Rate. Peluang inflasi yang rendah ini, bisa saja dimanfaatkan atau tidak oleh Bank Indonesia. Itu semua tergantung otoritas BI. Ia juga menambahkan dari 883 objek survei inflasi, sebanyak hampir 600 lebih masuk dalam perhitungan inflasi komponen inti.
Meski begitu BI bisa mengambil kebijakan penetapan suku bunga dengan tidak hanya memperhatikan inflasi, tapi juga ada faktor-faktor lain. "BI pasti melakukan kalkulasi yang tepat terkait ada tidaknya dampaknya ke nilai tukar, sebab itu jangan sampai melemah, " pungkasnya.
(akr)