Rapor Merah Tim Ekonomi Jokowi di 2015

Jum'at, 01 Januari 2016 - 10:55 WIB
Rapor Merah Tim Ekonomi...
Rapor Merah Tim Ekonomi Jokowi di 2015
A A A
JAKARTA - Tim ekonomi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendapatkan rapor merah dari Institute Development of Economics and Finance (Indef) berkaitan dengan kinerja mereka sepanjang tahun 2015 kemarin.

Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengungkapkan esensi yang paling utama dalam bernegara adalah mewujudkan amanat konstitusi untuk menyejahterakan masyarakat. Sayangnya, sekalipun ekonomi Indonesia tumbuh 4,7% namun semua indikator kesejahteraan memburuk.

"Rapornya kalau naik kelas tetap naik, tapi dengan nilai belum sangat memadai. Artinya, hal yang paling esensi dalam bernegara itu mewujudkan amanat konstitusi dan mensejahterakan masyarakat. Karena sekalipun ekonomi tumbuh 4,7%, tapi semua indikator kesejahteraan memburuk," jelasnya saat dihubungi Sindonews, Jumat (1/1/2016).

Menurutnya hal ini terlihat dari tingkat pengangguran, kemiskinan hingga kesenjangan yang semakin meningkat. Di sisi lain Dia menerangkan tingkat daya beli masyarakat dan penerimaan negara justru menurun.

"Tingkat penyerapan anggaran memburuk, di antara tahun-tahun sebelumnya fiskal kita sangat buruk sekali. Tidak hanya belanja, penerimaan juga buruk sehingga utang membengkak Rp500 triliun, di sisi lain penyerapan anggaran belum terserap Rp300 triliun. Anomali yang luar biasa. Satu sisi utang tambah besar tapi enggak terserap," beber dia.

Tak hanya itu, Dia menyebutkan bahwa terobosan pemerintah untuk mengucurkan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak berdampak banyak. Pasalnya, dana yang terserap oleh perusahaan pelat merah hanya sedikit.

Belum lagi soal kucuran dana desa yang pengalokasiannya dinilai masih sangat lambat, padahal di tengah perlambatan ekonomi masyarakat kucuran dana untuk pedesaan sangat dibutuhkan agar perekonomian kembali bergairah.

"Itu yang membuat akhirnya perlambatan ekonomi sekaligus diikuti penurunan kualitas pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang tadinya diharapkan ada transformasi struktural, menggeser sumber pertumbuhan sektor kredibel tapi malah menurun baik dari industri, pertanian, apalagi pertambangan minus," pungkasnya.

Sementara itu sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo memastikan bahwa inflasi Indonesia untuk year on year akan berada di atas 3%. Ini berarti tidak sesuai target di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 sebesar 5 persen. Rendahnya inflasi diyakini juga akibat melemahnya daya beli masyarakat.
(akr)
Berita Terkait
Pertumbuhan Ekonomi...
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Kuartal I Tahun 2024
Dorong Industri Event...
Dorong Industri Event untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Proyeksi Pertumbuhan...
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Kembali Dipangkas
BI Proyeksikan Ekonomi...
BI Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 4,7 Persen hingga 5,5 Persen di 2025
Kabar Gembira dari Jokowi:...
Kabar Gembira dari Jokowi: Tanda Ekonomi Meroket Tahun Depan Mulai Terlihat
Prospek Bisnis Seiring...
Prospek Bisnis Seiring Pertumbuhan Ekonomi RI
Berita Terkini
Inovasi BNIdirect Raih...
Inovasi BNIdirect Raih 3 Penghargaan dari The Digital Banker
5 jam yang lalu
Pertamina Hulu Energi...
Pertamina Hulu Energi Dorong Kemandirian Ekonomi Perempuan Pesisir
6 jam yang lalu
Dampak Tarif Trump,...
Dampak Tarif Trump, Penerimaan Bea Cukai AS Pecah Rekor Tembus Rp259 Triliun per April
6 jam yang lalu
Jual Beli Properti di...
Jual Beli Properti di Jakarta, Wajib Pahami Aturan BPHTB Ini
8 jam yang lalu
Wamenkop Ferry Juliantono...
Wamenkop Ferry Juliantono Beberkan Enam Tugas Utama Koperasi Desa Merah Putih
8 jam yang lalu
Elnusa Petrofin Perluas...
Elnusa Petrofin Perluas Distribusi BBM Pembangkit di Kalimantan Barat
8 jam yang lalu
Infografis
Amerika Serikat Unjuk...
Amerika Serikat Unjuk Kekuatan Nuklir di Tengah Ketegangan Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved