Defisit Anggaran 2015 Capai 2,8% dari PDB
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan realisasi defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 mencapi Rp318,5 triliun, atau 2,80% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi defisit ini lebih tinggi dari target defisit anggaran dalm APBNP 2015 sebesar Rp222,5 triliun atau 1,9%.
"Hal tersebut berimplikasi terhadap realisasi pembiayaan anggaran tahun 2015 yang mencapai Rp329,4 triliun, atau 147,3% dari target dalam APBNP 2015 sebesar Rp222,5 triliun," ujarnya, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (3/1/2016).
Menurut Bambang, realiassi pembiayan anggaran tersebut berasal dari pembiayan dalam negeri (neto) sebesar Rp309,3 triliun dan pembiayan luar negeri (netto) sebesar Rp20,0 triliun. Keseluruhan pembiayaan tersebut, terutama digunakan untuk mendukung realisasi belanja produktif.
"Secara makro, dalam upaya pemenuhan pembiayaan, pemerintah tetap memperhatikan pengelolan risiko dengan sumber pembiayaan yang lebih terdiversifikasi sehingga kesinambungan fiskal tetap terjaga," paparnya. (Baca: Realisasi Pendapatan Negara 84,7%)
Bambang menyebutkan, berdasarkan realisasi defisit anggaran sebesar Rp318,5 triliun dan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp329,4 triliun tersebut, maka dalam pelaksanaan APBNP 2015 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp10,8 triliun.
Sementara terkait pengelolaan utang, mantan wakil menteri keuangan ini menyebutkan, outstanding utang per 31 Desember 2015 mencapi Rp3.089 triliun. Sehingga, debt to GDP ratio mencapai kisaran 27%.
"Rasio ini masih dalam batas aman, masih jauh di bawah batas 60% sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara," pungkasnya.
"Hal tersebut berimplikasi terhadap realisasi pembiayaan anggaran tahun 2015 yang mencapai Rp329,4 triliun, atau 147,3% dari target dalam APBNP 2015 sebesar Rp222,5 triliun," ujarnya, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (3/1/2016).
Menurut Bambang, realiassi pembiayan anggaran tersebut berasal dari pembiayan dalam negeri (neto) sebesar Rp309,3 triliun dan pembiayan luar negeri (netto) sebesar Rp20,0 triliun. Keseluruhan pembiayaan tersebut, terutama digunakan untuk mendukung realisasi belanja produktif.
"Secara makro, dalam upaya pemenuhan pembiayaan, pemerintah tetap memperhatikan pengelolan risiko dengan sumber pembiayaan yang lebih terdiversifikasi sehingga kesinambungan fiskal tetap terjaga," paparnya. (Baca: Realisasi Pendapatan Negara 84,7%)
Bambang menyebutkan, berdasarkan realisasi defisit anggaran sebesar Rp318,5 triliun dan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp329,4 triliun tersebut, maka dalam pelaksanaan APBNP 2015 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp10,8 triliun.
Sementara terkait pengelolaan utang, mantan wakil menteri keuangan ini menyebutkan, outstanding utang per 31 Desember 2015 mencapi Rp3.089 triliun. Sehingga, debt to GDP ratio mencapai kisaran 27%.
"Rasio ini masih dalam batas aman, masih jauh di bawah batas 60% sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara," pungkasnya.
(dmd)