Reaksi Pasar Berlebihan Tanggapi Pelemahan Ekonomi China

Sabtu, 09 Januari 2016 - 16:11 WIB
Reaksi Pasar Berlebihan...
Reaksi Pasar Berlebihan Tanggapi Pelemahan Ekonomi China
A A A
JAKARTA - Chief Economics Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia Edimon Ginting meembenarkan bahwa reaksi pasar terlalu berlebihan terhadap pelemahan China. Dia menerangkan biarpun China sudah melemah, reaksi pasar seharusnya bisa tenang karena dia yakin ekonomi kedua terbesar di dunia itu tidak akan tinggal diam dengan kondisi seperti ini.

"Ya, reaksi pasar terlalu berlebihan, terutama di negara berkembang. Sekarang China sedang fokus membangun ekonomi dan mata uangnya. Jadi sebaiknya pasar tidak terlalu bereaksi kalau tiba-tiba China terjadi devaluasi lagi, atau indeksnya turun," jelasnya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (9/1/2015).

Hal senada juga disampaikan ‎Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, sebelumnya yang mengaku aneh dengan respon pasar, meski indeks manufaktur China memang turun 0,7 poin menjadi 48,2 poin.

"Anehnya banyak negara barat terlalu cemas terhadap China, baru devaluasi 5% ribut. Padahal Jepang menurunkan nilai mata uangnya 40%, tapi tidak ada yang ribut. Reaksinya sangat berlebihan," ucap Darmin.

Sementara itu pada penutupan akhir pekan kemarin, bursa Asia memberi sinyal penguatan. Terlihat indeks utama Shanghai, Shenzhen naik. Saham China juga lebih tinggi didukung Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang.

Bank Rakyat China juga membantu menenangkan pasar dengan menetapkan tingkat titik tengah yuan yang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Membaiknya saham Asia tampaknya mengurangi beberapa kekhawatiran yang telah memukul pasar global.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1015 seconds (0.1#10.140)