Ramalan Ekonomi RI dari ADB, Tambah Mengerikan?

Kamis, 10 Desember 2020 - 17:35 WIB
loading...
Ramalan Ekonomi RI dari...
FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 2,2 persen atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan September lalu yaitu minus 1 persen karena ketidakpastian situasi akibat pandemi COVID-19.

"Sekarang diproyeksikan untuk pulih pada tingkat lebih lambat dari yang diantisipasi saat kami publikasikan pada September. Terkontraksi 2,2 persen pada 2020," kata ekonom ADB untuk Indonesia Emma Allen dalam ADB Indonesia Year-End Media Gathering, Jakart, Kamis (10/12/2020).



Allen menyatakan pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan lambat terutama pada tiga faktor yakni konsumsi, investasi, dan perdagangan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi ADB. Dia menjelaskan, dari rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 3,49 persen pada kuartal III dengan kecepatan yang lebih lambat dari kontraksi sebelumnya dan 5,3 persen pada kuartal II

“Karena penurunan sebelumnya untuk seluruh basis seperti investasi, konsumsi dan perdagangan maka ekonomi berkontraksi sebesar 2 persen dari tahun ke tahun dalam tiga kuartal pertama 2020 dibandingkan periode sama pada 2019,” kata dia.

Tak hanya itu, penurunan proyeksi juga mempertimbangkan perkembangan indikator sosial yang dirilis BPS yaitu hampir 30 juta orang telah terdampak Covid-19 dari segi mata pencahariannya melalui pengurangan jam kerja, penangguhan pekerjaan dan kehilangan pekerjaan. Dengan demikian, pihaknya turut melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 yang berdasarkan publikasi pada September lalu sebesar 5,3 persen kini menjadi 4,5 persen.



Dia menyebut, pada tahun depan akan terjadi pemulihan dalam konsumsi swasta yang didukung oleh kecepatan penanganan pandemi karena mampu meningkatkan kepercayaan konsumen dan dukungan berkelanjutan dari program pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun depan juga didukung oleh kinerja ekspor yang lebih baik karena akan meningkatkan kapasitas manufaktur. “Kami memiliki inflasi yang sedikit lebih tinggi untuk 2021 yaitu sebesar 2,4 persen atau lebih rendah,” katanya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2505 seconds (0.1#10.140)