Minyak Dunia Anjlok, Solar Pertamina Dinilai Masih Terlalu Mahal
Kamis, 21 Januari 2016 - 17:24 WIB

Minyak Dunia Anjlok, Solar Pertamina Dinilai Masih Terlalu Mahal
A
A
A
JAKARTA - Harga solar yang dipatok PT Pertamina (Persero) setelah mengalami penurunan di awal tahun ini, menurut Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) masih terlalu mahal saat harga minyak mentah dunia terus merosot. Pertamina dinilai mencari untung besar memanfaatkan kondisi penurunan harga minyak dunia.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Makin Jeblok di Bawah USD27/Barel)
Ketua PP Kesatuan Aksi KAMMI Bidang Ekonomi, Barry Pratama mengatakan, Pertamina melakukan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada masyarakat dengan harga tanpa mempertimbangkan kondisi harga minyak dunia. Sehingga menurutnya Pertamina meraup untung besar dari masyarakat yang tengah mengalami kesulitan ekonomi.
“Sangat aneh dan terkesan pertamina mencari untung, padahal ada hak (rakyat) disana yang harus dilindungi. Perhitungannya tidak transparan, di saat harga minyak dunia sedang jatuh,” tulisnya lewat pesan elektronik kepada wartawan, Kamis (21/1/2016).
(Baca Juga: Harga Premium Diklaim Bisa Turun di Bawah Rp6.000/Liter)
Dia menerangkan bahwa harga minyak Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD40 per barel, yang artinya jika diubah dalam rupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak)
(Baca Juga: Rincian Harga BBM dan Elpiji Terbaru)
Menurutnya ongkos kirim diasumsikan USD3 per barel (Rp300/liter) dan PPN 10% (Rp380/liter) ditambah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5% (Rp190/liter) maka semestinya harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp4.370-Rp4.500 per liter. "Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp5.650 per liter ada selisih harga Rp1.150 dari harga subsidi," tandasnya.
(Baca Juga: Harga Minyak Dunia Makin Jeblok di Bawah USD27/Barel)
Ketua PP Kesatuan Aksi KAMMI Bidang Ekonomi, Barry Pratama mengatakan, Pertamina melakukan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada masyarakat dengan harga tanpa mempertimbangkan kondisi harga minyak dunia. Sehingga menurutnya Pertamina meraup untung besar dari masyarakat yang tengah mengalami kesulitan ekonomi.
“Sangat aneh dan terkesan pertamina mencari untung, padahal ada hak (rakyat) disana yang harus dilindungi. Perhitungannya tidak transparan, di saat harga minyak dunia sedang jatuh,” tulisnya lewat pesan elektronik kepada wartawan, Kamis (21/1/2016).
(Baca Juga: Harga Premium Diklaim Bisa Turun di Bawah Rp6.000/Liter)
Dia menerangkan bahwa harga minyak Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD40 per barel, yang artinya jika diubah dalam rupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak)
(Baca Juga: Rincian Harga BBM dan Elpiji Terbaru)
Menurutnya ongkos kirim diasumsikan USD3 per barel (Rp300/liter) dan PPN 10% (Rp380/liter) ditambah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5% (Rp190/liter) maka semestinya harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp4.370-Rp4.500 per liter. "Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp5.650 per liter ada selisih harga Rp1.150 dari harga subsidi," tandasnya.
(akr)