Indonesia Masih Masuk Radar Investor Dunia
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengemukakan bahwa Indonesia masih masuk dalam radar investor dunia, meski saat ini kondisi perekonomian dunia masih bergejolak. Hal ini lantaran daya tahan Indonesia menghadapi gejolak perekonomian global masih lebih kuat dibanding negara lain.
Dia mengatakan, daya tahan Tanah Air menghadapi kondisi perekonomian global yang tidak menentu masih lebih baik dibanding negara lain seperti Brazil dan Argentina.
"Kalau Brazil dan Argentina, sudah jelek daya tahannya, sudah minus. Indonesia masih di zona positif. Jadi oke," katanya dalam acara PLN Outlook 2016 di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Menurutnya, sebagian besar pasar negara berkembang (emerging market) lebih banyak aliran dana yang keluar (capital outflow) dibanding yang masuk (capital inflow). Sementara di Indonesia, aliran dana yang masuk jauh lebih besar dibanding yang keluar.
Selain itu, Indonesia juga masuk sebagai 14 besar penerima investasi di dunia. Prospek Indonesia masih di dalam radar investor dunia. Di Asia, Indonesia masuk di jajaran nomor 3 penerima investasi dunia, bahkan di mata Jepang, Indonesia berada di peringkat ke-2.
"Prospek Indonesia masih di dalam radar investor dunia. Di Asia, Indonesia nomor 3. Di mata Jepang, Indonesia nomor 2. Jadi oke," imbuh dia.
Selain itu, bursa saham nasional juga tidak anjlok seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), dibanding global index negara berkembang lainnya, Indonesia masih relatif kecil penurunannya. Sementara negara berkembang lainnya terhempas hampir 30%.
"Kita turunnya masih relatif kecil. Artinya kita enggak jelek-jelek amat daya tahannya. Tinggal kita bagaimana merespons," tutur Faisal.
Kendati daya tahan Indonesia lebih baik dibanding negara berkembang lainnya, tambah dia, Indonesia tidak boleh lengah. Sebab, fundamental ekspor di Tanah Air masih melambat.
"Impornya meski turun lebih tajam tapi lebih disebabkan bukan karena kita makin hebat, tapi karena memang ada larangan-larangan yang dilakukan," tandasnya.
Dia mengatakan, daya tahan Tanah Air menghadapi kondisi perekonomian global yang tidak menentu masih lebih baik dibanding negara lain seperti Brazil dan Argentina.
"Kalau Brazil dan Argentina, sudah jelek daya tahannya, sudah minus. Indonesia masih di zona positif. Jadi oke," katanya dalam acara PLN Outlook 2016 di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Menurutnya, sebagian besar pasar negara berkembang (emerging market) lebih banyak aliran dana yang keluar (capital outflow) dibanding yang masuk (capital inflow). Sementara di Indonesia, aliran dana yang masuk jauh lebih besar dibanding yang keluar.
Selain itu, Indonesia juga masuk sebagai 14 besar penerima investasi di dunia. Prospek Indonesia masih di dalam radar investor dunia. Di Asia, Indonesia masuk di jajaran nomor 3 penerima investasi dunia, bahkan di mata Jepang, Indonesia berada di peringkat ke-2.
"Prospek Indonesia masih di dalam radar investor dunia. Di Asia, Indonesia nomor 3. Di mata Jepang, Indonesia nomor 2. Jadi oke," imbuh dia.
Selain itu, bursa saham nasional juga tidak anjlok seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), dibanding global index negara berkembang lainnya, Indonesia masih relatif kecil penurunannya. Sementara negara berkembang lainnya terhempas hampir 30%.
"Kita turunnya masih relatif kecil. Artinya kita enggak jelek-jelek amat daya tahannya. Tinggal kita bagaimana merespons," tutur Faisal.
Kendati daya tahan Indonesia lebih baik dibanding negara berkembang lainnya, tambah dia, Indonesia tidak boleh lengah. Sebab, fundamental ekspor di Tanah Air masih melambat.
"Impornya meski turun lebih tajam tapi lebih disebabkan bukan karena kita makin hebat, tapi karena memang ada larangan-larangan yang dilakukan," tandasnya.
(izz)