Skill SDM Kurang, Pekerja Indonesia Dinilai Rawan PHK
A
A
A
JAKARTA - Perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia dinilai bukan satu-satunya alasan kenapa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) makin marak di Indonesia belakangan ini. Meski pengamat pasar saham Wiliam Surya Wijaya menerangkan kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi.
Namun dia mengingatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia juga menjadi konsen yang harus diperhatikan. Menurutnya perlu ada peningkatan skill SDM pekerjaan Indonesia oleh pemerintah, supaya tidak tergeser dengan keberadaan buruh asing apalagi dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Ini mereka yang hengkang itu memang perusahaan yang non listed. Kemudian dengan adanya perlambatan ekonomi di negara kita, mereka akan lakukan efisiensi pasti. Maka dipilihlah mereka-mereka yang skillnya kurang, atau tidak kompetitif untuk tidak lagi bekerja. Jadi memang SDM-nya yang harus diperhatikan," jelasnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (7/2/2016).
(Baca Juga: Diguncang PHK, Sinyal Negatif Investasi RI)
Meski demikian, lanjut dia, perusahaan-perusahaan yang hengkang dari Indonesia harus ditelusuri alasan hengkangnya. Dia mencontohkan seperti yang terjadi pada Ford yang menutup industrinya di Indonesia beberapa waktu lalu.
"Seperti Ford hengkang, mesti ditelusuri karena apa. Ford itu secara tahunan masih 6 sampai 7 ribuan produksinya. Itu besar. Mereka tidak mungkin melepas market. Jadi mereka tidak mungkin keluar begitu saja," sambungnya.
(Baca Juga: Kemenaker Kekeuh Belum Ada Gelombang PHK Karyawan di RI)
Disamping itu,menurutnya buruh asing yang saat ini sedang ada di Indonesia dalam rangka MEA 2016 seolah akan mendominasi industri atau perusahaan di Indonesia karena SDM nya lebih kompetitif. Maka, dia cemaskan bisa saja perusahaan yang melakukan PHK terhadap buruh Indonesia, mengambil buruh asing yang lebih bagus skillnya.
"Jadi kita perlu tingkatkan skill jangan sampai kalah dengan orang luar. Bisa jadi, efisiensi di perusahaan baru-baru ini memang karena mereka mau merekrut yang asing. Kita harus aware akan itu," pungkasnya.
Namun dia mengingatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia juga menjadi konsen yang harus diperhatikan. Menurutnya perlu ada peningkatan skill SDM pekerjaan Indonesia oleh pemerintah, supaya tidak tergeser dengan keberadaan buruh asing apalagi dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Ini mereka yang hengkang itu memang perusahaan yang non listed. Kemudian dengan adanya perlambatan ekonomi di negara kita, mereka akan lakukan efisiensi pasti. Maka dipilihlah mereka-mereka yang skillnya kurang, atau tidak kompetitif untuk tidak lagi bekerja. Jadi memang SDM-nya yang harus diperhatikan," jelasnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (7/2/2016).
(Baca Juga: Diguncang PHK, Sinyal Negatif Investasi RI)
Meski demikian, lanjut dia, perusahaan-perusahaan yang hengkang dari Indonesia harus ditelusuri alasan hengkangnya. Dia mencontohkan seperti yang terjadi pada Ford yang menutup industrinya di Indonesia beberapa waktu lalu.
"Seperti Ford hengkang, mesti ditelusuri karena apa. Ford itu secara tahunan masih 6 sampai 7 ribuan produksinya. Itu besar. Mereka tidak mungkin melepas market. Jadi mereka tidak mungkin keluar begitu saja," sambungnya.
(Baca Juga: Kemenaker Kekeuh Belum Ada Gelombang PHK Karyawan di RI)
Disamping itu,menurutnya buruh asing yang saat ini sedang ada di Indonesia dalam rangka MEA 2016 seolah akan mendominasi industri atau perusahaan di Indonesia karena SDM nya lebih kompetitif. Maka, dia cemaskan bisa saja perusahaan yang melakukan PHK terhadap buruh Indonesia, mengambil buruh asing yang lebih bagus skillnya.
"Jadi kita perlu tingkatkan skill jangan sampai kalah dengan orang luar. Bisa jadi, efisiensi di perusahaan baru-baru ini memang karena mereka mau merekrut yang asing. Kita harus aware akan itu," pungkasnya.
(akr)