Asosiasi Pengusaha Ungkap Penyebab Utama PHK
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Christ Kanter mengatakan, masalah perburuhan di Indonesia memang menjadi persoalan yang tidak selesai ditanggulangi pemerintah. Produktifitas rendah dan tidak kompetitifnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di Indonesia membuat kegiatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih berlangsung di dalam negeri.
(Baca Juga: Skill SDM Kurang, Pekerja Indonesia Dinilai Rawan PHK)
Dia menambahkan terlebih lagi, Indonesia saat ini sedang kebanjiran tenaga kerja asing dengan berbagai macam skill yang jelas lebih tinggi kualitasnya dibanding pekerja lokal. "Ini alert (sinyal) buat kita. Karena memang masalah dengan perburuhan ini, adalah karena kita yang tidak kompetitif. Produktifitas rendah, tapi kenaikan gaji selalu bermasalah, ini isu besar," jelasnya di Jakarta, Minggu (7/2/2016).
Lebih lanjut dia menjelaskan, tutupnya perusahaan raksasa-raksasa elektronik dari Jepang yang berdiri di Indonesia, dan Ford, bukan karena masalah produknya tidak bisa kompetitif di Indonesia. Melainkan karena memang mereka harus melakukan efisiensi lantaran kondisi ekonomi global yang sedang melemah.
Pernyataan ini, sekaligus membantahkan apa yang telah dikatakan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro beberapa waktu lalu, bahwa tutupnya beberapa perusahan asing yang berdiri di Indonesia adalah karena mereka tidak bisa bersaing.
"Kalau kita ikuti perusahan Jepang, itu ada kaitannya dengan produk yang dia miliki dan pasarkan. Mereka punya market di sini. Tapi memang harus dilihat konteks masing-masing perusahaan. Kondisi ekonomi kita dan dunia memang melemah. Tapi bukan berarti mereka kalah bersaing. Tidak bisa pemerintah menggampangkan bahwa mereka hanya kalah bersaing," pungkasnya.
(Baca Juga: Skill SDM Kurang, Pekerja Indonesia Dinilai Rawan PHK)
Dia menambahkan terlebih lagi, Indonesia saat ini sedang kebanjiran tenaga kerja asing dengan berbagai macam skill yang jelas lebih tinggi kualitasnya dibanding pekerja lokal. "Ini alert (sinyal) buat kita. Karena memang masalah dengan perburuhan ini, adalah karena kita yang tidak kompetitif. Produktifitas rendah, tapi kenaikan gaji selalu bermasalah, ini isu besar," jelasnya di Jakarta, Minggu (7/2/2016).
Lebih lanjut dia menjelaskan, tutupnya perusahaan raksasa-raksasa elektronik dari Jepang yang berdiri di Indonesia, dan Ford, bukan karena masalah produknya tidak bisa kompetitif di Indonesia. Melainkan karena memang mereka harus melakukan efisiensi lantaran kondisi ekonomi global yang sedang melemah.
Pernyataan ini, sekaligus membantahkan apa yang telah dikatakan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro beberapa waktu lalu, bahwa tutupnya beberapa perusahan asing yang berdiri di Indonesia adalah karena mereka tidak bisa bersaing.
"Kalau kita ikuti perusahan Jepang, itu ada kaitannya dengan produk yang dia miliki dan pasarkan. Mereka punya market di sini. Tapi memang harus dilihat konteks masing-masing perusahaan. Kondisi ekonomi kita dan dunia memang melemah. Tapi bukan berarti mereka kalah bersaing. Tidak bisa pemerintah menggampangkan bahwa mereka hanya kalah bersaing," pungkasnya.
(akr)