Lapindo Ngebet Ngebor Sumur Lagi
A
A
A
SURABAYA - PT Lapindo Brantas Inc (LBI) ngebet ingin melanjutkan pengeboran sumur di Lapangan Tanggulangin (TGA) 6 dan 10, Sidoarjo, Jawa Timur. Keinginan ini muncul setelah Lapindo mengantongi izin dari Bupati Sidoarjo Saiful Ilah.
Sebab itu, Lapindo secara terang-terangan meminta kepada pihak-pihak terkait segera mengeluarkan perizinan lainnya. Saat ini, Lapindo tinggal menunggu perizinan dari pemerintah pusat dalam pengeboran sumur.
“Kami ingin kepercayaan masyarakat tumbuh kembali. Karena beberapa perizinan sudah keluar meski belum semua. Kami ingin perizinan lain segera keluar, lebih cepat lebih baik,” ujar Vice President Corporate Communication LBI, Hesti Armiwulan, Jumat (12/2/2016).
Dia menjelaskan, saat ini izin penambahan sumur baru dari pemerintah pusat belum sepenuhnya selesai, dan hanya izin dari Pemkab (Pemerintah Kabupaten) yang selesai.
“Mekanismenya ada tiga izin yang harus kita lalui, dan memang tidak mudah. Sementara yang sudah kita kantongi adalah izin soal lingkungan Pemkab Sidoarjo,” katanya.
Persoalan izin menjadi salah satu prioritas untuk segera diselesaikan, dan akan selesai bersamaan dengan tibanya alat pengeboran di lokasi Desa Kedungbanteng. Lapindo sedang melakukan proses pengerasan tanah di lokasi pengeboran yang baru, dengan menurunkan beberapa ahli sambil menunggu proses perizinan dari beberapa pihak.
“Yang kita utamakan dalam pengeboran saat ini adalah azas kemanfaatan dan keamanan, dan kami tidak ingin kembali terjadi kesalahan dalam proses pengeboran. Bahkan, untuk sumur ini, kami tidak melakukan pengeboran terlalu dalam hanya 2.600 kaki dengan risiko jumlah produksinya kurang maksimal karena kami lebih mengutamakan aspek sosial,” jelas Hesti.
Hingga saat ini, penambahan pengembangan dua sumur baru di lapangan Tanggulangin (TGA) 6 dan 10 masih menuai pro dan kontra. Satuan Kontrak Kerjasama Hulu (SKK) Migas menyatakan, bila proses pengeboran aman, mereka akan langsung mengeluarkan izin resmi. Namun, di satu sisi pemerintah provinsi (Pemprov) Jatim masih belum menyetujui karena dampak lumpur sampai saat ini masih terasa. Pemprov sampai saat ini masih menunggu hasil penelitian tim dari ITS yang berjumlah 40 orang untuk melakukan pengkajian lebih dalam.
Vice President (VP) Produksi PT Lapindo Brantas Inc, Harsa Harjana mengatakan, sebenarnya dua sumur itu bukan merupakan pengeboran baru. Melainkan penambahan sumur dari yang sudah ada sebelumnya. Atas penambahan itu, diharapkan produksi gas dari lapangan Tanggulangin ini bisa lebih maksimal. “Kami hanya meneruskan pengeboran lama, bukan membuat baru,” katanya.
Jika selama ini produksi dari lima sumur di lapangan Tanggulangin yang dimiliki Lapindo yakni TGA 1 hingga 5 hanya sebesar 5 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) gas atau 5 juta standar kaki kubik per hari, dengan ditambahnya dua sumur lagi bisa mencapai 10 MMSCFD. Maka nantinya akan meningkat menjadi lebih banyak.
“Tujuannya kami untuk memaksimalkan produksi sumur yang sudah ada. Karena kebutuhan akan gas semakin bertambah, terutama untuk masyarakat Sidoarjo dan Jawa Timur umumnya,” jelas Harsa.
Penambahan dua sumur ini, tegas Harsa, akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Apalagi, saat ini masyarakat Sidoarjo membutuhkan jaringan gas rumah tangga yang sangat besar. Bahkan terakhir jaringan gas sudah merambah ke 10.500 rumah tangga dengan harga yang jauh lebih murah terutama untuk daerah yang sangat dekat dengan sumur pengeboran, yakni desa Kedung Banteng dan Kali Dawir.
Untuk itu, Lapindo ingin supaya masyarakat yakin dengan penambahan dua sumur itu aman. “Kalau tidak aman, SKK Migas tentu tidak akan mudah mengeluarkan izinnya,” tandas Harsa.
Sebab itu, Lapindo secara terang-terangan meminta kepada pihak-pihak terkait segera mengeluarkan perizinan lainnya. Saat ini, Lapindo tinggal menunggu perizinan dari pemerintah pusat dalam pengeboran sumur.
“Kami ingin kepercayaan masyarakat tumbuh kembali. Karena beberapa perizinan sudah keluar meski belum semua. Kami ingin perizinan lain segera keluar, lebih cepat lebih baik,” ujar Vice President Corporate Communication LBI, Hesti Armiwulan, Jumat (12/2/2016).
Dia menjelaskan, saat ini izin penambahan sumur baru dari pemerintah pusat belum sepenuhnya selesai, dan hanya izin dari Pemkab (Pemerintah Kabupaten) yang selesai.
“Mekanismenya ada tiga izin yang harus kita lalui, dan memang tidak mudah. Sementara yang sudah kita kantongi adalah izin soal lingkungan Pemkab Sidoarjo,” katanya.
Persoalan izin menjadi salah satu prioritas untuk segera diselesaikan, dan akan selesai bersamaan dengan tibanya alat pengeboran di lokasi Desa Kedungbanteng. Lapindo sedang melakukan proses pengerasan tanah di lokasi pengeboran yang baru, dengan menurunkan beberapa ahli sambil menunggu proses perizinan dari beberapa pihak.
“Yang kita utamakan dalam pengeboran saat ini adalah azas kemanfaatan dan keamanan, dan kami tidak ingin kembali terjadi kesalahan dalam proses pengeboran. Bahkan, untuk sumur ini, kami tidak melakukan pengeboran terlalu dalam hanya 2.600 kaki dengan risiko jumlah produksinya kurang maksimal karena kami lebih mengutamakan aspek sosial,” jelas Hesti.
Hingga saat ini, penambahan pengembangan dua sumur baru di lapangan Tanggulangin (TGA) 6 dan 10 masih menuai pro dan kontra. Satuan Kontrak Kerjasama Hulu (SKK) Migas menyatakan, bila proses pengeboran aman, mereka akan langsung mengeluarkan izin resmi. Namun, di satu sisi pemerintah provinsi (Pemprov) Jatim masih belum menyetujui karena dampak lumpur sampai saat ini masih terasa. Pemprov sampai saat ini masih menunggu hasil penelitian tim dari ITS yang berjumlah 40 orang untuk melakukan pengkajian lebih dalam.
Vice President (VP) Produksi PT Lapindo Brantas Inc, Harsa Harjana mengatakan, sebenarnya dua sumur itu bukan merupakan pengeboran baru. Melainkan penambahan sumur dari yang sudah ada sebelumnya. Atas penambahan itu, diharapkan produksi gas dari lapangan Tanggulangin ini bisa lebih maksimal. “Kami hanya meneruskan pengeboran lama, bukan membuat baru,” katanya.
Jika selama ini produksi dari lima sumur di lapangan Tanggulangin yang dimiliki Lapindo yakni TGA 1 hingga 5 hanya sebesar 5 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) gas atau 5 juta standar kaki kubik per hari, dengan ditambahnya dua sumur lagi bisa mencapai 10 MMSCFD. Maka nantinya akan meningkat menjadi lebih banyak.
“Tujuannya kami untuk memaksimalkan produksi sumur yang sudah ada. Karena kebutuhan akan gas semakin bertambah, terutama untuk masyarakat Sidoarjo dan Jawa Timur umumnya,” jelas Harsa.
Penambahan dua sumur ini, tegas Harsa, akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Apalagi, saat ini masyarakat Sidoarjo membutuhkan jaringan gas rumah tangga yang sangat besar. Bahkan terakhir jaringan gas sudah merambah ke 10.500 rumah tangga dengan harga yang jauh lebih murah terutama untuk daerah yang sangat dekat dengan sumur pengeboran, yakni desa Kedung Banteng dan Kali Dawir.
Untuk itu, Lapindo ingin supaya masyarakat yakin dengan penambahan dua sumur itu aman. “Kalau tidak aman, SKK Migas tentu tidak akan mudah mengeluarkan izinnya,” tandas Harsa.
(dmd)