Investasi Luar Jawa Tercatat Lanjutkan Tren Penguatan
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi di luar Pulau Jawa terus menunjukkan tren penguatan setiap tahunnya. Dalam proyeksi tahun 2016, Kepala BKPM Franky Sibarani menerangkan Sumatera sebagai wilayah dengan target terbesar mencapai Rp90,2 triliun atau setara 15,9% dari total target investasi Indonesia.
"Posisi Sumatera diikuti oleh Kalimantan dengan target investasi mencapai Rp88,8 triliun atau setara dengan 14,9% dari total target investasi,” jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/2/2016).
(Baca Juga: Kejar Target Investasi Rp594 Triliun, BKPM Sinergikan 500 Pejabat)
Dia menambahkan pada posisi ketiga adalah wilayah Papua yang ditargetkan meraup investasi sebesar Rp40,8 triliun atau setara dengan 6,9% dari total target investasi yang masuk ke Tanah Air. Kemudian diikuti oleh wilayah Sulawesi dengan target investasi sebesar Rp38,1 triliun.
"Target wilayah Sulawesi ini merupakan yang terbesar apabila dilihat dari sisi pertumbuhannya. Tahun lalu target Sulawesi Rp27,8 triliun, artinya target investasi tahun 2015 meningkat 37% dibanding 2014,” sambungnya.
Posisi selanjutnya ada Bali dan Nusa Tenggara dengan nilai investasi Rp24,9 triliun atau setara 4,2% dari total investasi serta yang terakhir adalah Maluku dengan nilai Rp 9,5 triliun. “Pertumbuhan tiap wilayah akan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi,” tandasnya.
Dari data yang dimiliki oleh BKPM, realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada tahun 2015 mencapai Rp 248,7 triliun atau 45,6% dari total investasi Rp545,4 triliun. Sedangkan realisasi investasi di Pulau Jawa mencapai Rp296,7 triliun atau 54,4% dari total nilai investasi.
Proporsi investasi di luar Pulau Jawa terus meningkat. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, proporsi investasi luar Pulau Jawa 43,1 persen sebesar Rp 199,8 triliun.
Smentara dari sisi sektor investasi, target tahun 2016 masih didominasi oleh sektor sekunder (industri dan manufaktur) dengan target mencapai Rp313,5 triliun. Angka tersebut diikuti oleh sektor tersier (perdagangan dan jasa) dengan target Rp183,7 triliun dan baru sektor primer (pertanian dan kehutanan) dengan target Rp97,6 triliun.
"Posisi Sumatera diikuti oleh Kalimantan dengan target investasi mencapai Rp88,8 triliun atau setara dengan 14,9% dari total target investasi,” jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/2/2016).
(Baca Juga: Kejar Target Investasi Rp594 Triliun, BKPM Sinergikan 500 Pejabat)
Dia menambahkan pada posisi ketiga adalah wilayah Papua yang ditargetkan meraup investasi sebesar Rp40,8 triliun atau setara dengan 6,9% dari total target investasi yang masuk ke Tanah Air. Kemudian diikuti oleh wilayah Sulawesi dengan target investasi sebesar Rp38,1 triliun.
"Target wilayah Sulawesi ini merupakan yang terbesar apabila dilihat dari sisi pertumbuhannya. Tahun lalu target Sulawesi Rp27,8 triliun, artinya target investasi tahun 2015 meningkat 37% dibanding 2014,” sambungnya.
Posisi selanjutnya ada Bali dan Nusa Tenggara dengan nilai investasi Rp24,9 triliun atau setara 4,2% dari total investasi serta yang terakhir adalah Maluku dengan nilai Rp 9,5 triliun. “Pertumbuhan tiap wilayah akan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi,” tandasnya.
Dari data yang dimiliki oleh BKPM, realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada tahun 2015 mencapai Rp 248,7 triliun atau 45,6% dari total investasi Rp545,4 triliun. Sedangkan realisasi investasi di Pulau Jawa mencapai Rp296,7 triliun atau 54,4% dari total nilai investasi.
Proporsi investasi di luar Pulau Jawa terus meningkat. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, proporsi investasi luar Pulau Jawa 43,1 persen sebesar Rp 199,8 triliun.
Smentara dari sisi sektor investasi, target tahun 2016 masih didominasi oleh sektor sekunder (industri dan manufaktur) dengan target mencapai Rp313,5 triliun. Angka tersebut diikuti oleh sektor tersier (perdagangan dan jasa) dengan target Rp183,7 triliun dan baru sektor primer (pertanian dan kehutanan) dengan target Rp97,6 triliun.
(akr)