Minta Agunan, Program KUR Dikeluhkan Masyarakat

JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop) tahun ini telah menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 12% menjadi 9%. Ini dimaksudkan agar masyarakat yang baru memulai usaha (startup) dapat lebih ringan menyicil kredit tersebut.

Namun, masyarakat ternyata masih ada yang mengeluhkan program KUR tersebut lantaran berbelitnya proses birokrasi. Rachma (27) menyesalkan sikap dua perusahaan pelat merah dalam hal ini PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang meminta agunan atas pengajuan KUR nya.

Padahal, Kemenkop sebelumnya telah menyatakan bahwa pengajuan KUR tidak perlu menggunakan agunan. "Saya ngajuin ke BRI sama Mandiri, dua-duanya keukeuh minta agunan. Jelas-jelas kredit usaha rakyat (KUR), masa ia malah minta agunan. Orang mau ngutang mah karena butuh duit," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Senin (22/2/2016).

Pria yang memiliki kedai kopi di bilangan Tebet ini mengaku mengajukan KUR di BRI di daerah Tebet Timur dan Bank Mandiri di daerah Sahardjo, Tebet. Saat mengajukan KUR, pihak Bank Mandiri meminta agunan dengan alasan takut banyak nasabah yang kabur.

"Kalau BRI alasannya dia bilang memang dari pemerintah tanpa agunan, tapi kita dari bank penyalur sendiri meminta agunan. Harusnya kan mereka sudah tau ada usahanya, lokasinya, fotokopi KTP juga sudah diminta, terus buat apalagi agunan," tandasnya.

Dalam kebijakan KUR, pemerintah beberapa kali menyampaikan bahwa syarat penyaluran kredit berbunga 9% tersebut, bisa dilakukan tanpa agunan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Syaratnya, pinjaman tidak boleh melebihi plafon Rp 25 juta. Kendati demikian, masih banyak masyarakat yang mengeluhkan saat pengajuan KUR, tetap dimintai agunan oleh pihak bank.