Menko Darmin Curhat Enam Bulan Pelajari Harga Pangan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku mempelajari betul soal harga pangan untuk pengendalian inflasi Indonesia. Bahkan, dalam enam bulan terakhir, dia menekuni harga komoditas yang menjadi penentu inflasi.
Menurutnya, saat ini negara tidak bisa bergantung lagi dengan minyak karena harganya anjlok di level dunia. Sehingga, mau tidak mau, pemerintah mengandalkan harga pangan agar menjaga inflasi domestik tetap terjaga.
"Soal pangan, kami tekuni selama enam bulan harga komoditinya. Karena inflasi kita sebetulnya sangat ditentukan dengan perkembangan harga pangan. Produk pangan dan harga dari tarif yang diatur pemerintah. Karena kita berada pada situasi dimana minyak melambat. Maka tahun ini, kita tidak hadapi risiko tarif naik," tuturnya di Menara BTN, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Darmin mengatakan, beberapa waktu terkahir pemerintah dihadapkan pada situasi yang tidak terbayangkan sebelumnya, yakni pelemahan ekonomi domestik dari pelemahan ekonomi global. Apalagi, rantai distribusi pangan yang panjang membuat harga komoditas menjadi mahal dan mengakibatkan inflasi tinggi.
"Kami berhadapan pada situasi yang tidak seperti kami bayangkan. Kita tahu produk kita distribusinya jauh dan panjang. Bagaimana pembentukan harganya? Itu membuat kita surprise. Sangat sederhana melihat suplai dan demand. Kalau suplai kurang, ya impor, semestinya selesai," jelas dia.
Persoalannya, lanjut Darmin, setelah puluhan tahun tidak terselesaikan, sehingga ketika kemarin terjadi el nino, menjadi masa menegangkan bagi pemerintah.
"Kita takutnya el nino kemarin itu, akan berdampak ke ekonomi kita seperti 1998 yang krisis moneter. Bayang-bayang itu membuat kita buru-buru buat impor," kata dia.
Namun, ternyata impor itu tidak mudah. Bukan sekadar jumlah yang diimpor, namun banyak pemain di belakangnya yang membuat pelik. "Sekarang kami tidak ada impor sama sekali. Upaya mempelajari bukan hanya jumlah tapi perilaku pemain yang sering membuat pelik impor ini," pungkasnya.
Menurutnya, saat ini negara tidak bisa bergantung lagi dengan minyak karena harganya anjlok di level dunia. Sehingga, mau tidak mau, pemerintah mengandalkan harga pangan agar menjaga inflasi domestik tetap terjaga.
"Soal pangan, kami tekuni selama enam bulan harga komoditinya. Karena inflasi kita sebetulnya sangat ditentukan dengan perkembangan harga pangan. Produk pangan dan harga dari tarif yang diatur pemerintah. Karena kita berada pada situasi dimana minyak melambat. Maka tahun ini, kita tidak hadapi risiko tarif naik," tuturnya di Menara BTN, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Darmin mengatakan, beberapa waktu terkahir pemerintah dihadapkan pada situasi yang tidak terbayangkan sebelumnya, yakni pelemahan ekonomi domestik dari pelemahan ekonomi global. Apalagi, rantai distribusi pangan yang panjang membuat harga komoditas menjadi mahal dan mengakibatkan inflasi tinggi.
"Kami berhadapan pada situasi yang tidak seperti kami bayangkan. Kita tahu produk kita distribusinya jauh dan panjang. Bagaimana pembentukan harganya? Itu membuat kita surprise. Sangat sederhana melihat suplai dan demand. Kalau suplai kurang, ya impor, semestinya selesai," jelas dia.
Persoalannya, lanjut Darmin, setelah puluhan tahun tidak terselesaikan, sehingga ketika kemarin terjadi el nino, menjadi masa menegangkan bagi pemerintah.
"Kita takutnya el nino kemarin itu, akan berdampak ke ekonomi kita seperti 1998 yang krisis moneter. Bayang-bayang itu membuat kita buru-buru buat impor," kata dia.
Namun, ternyata impor itu tidak mudah. Bukan sekadar jumlah yang diimpor, namun banyak pemain di belakangnya yang membuat pelik. "Sekarang kami tidak ada impor sama sekali. Upaya mempelajari bukan hanya jumlah tapi perilaku pemain yang sering membuat pelik impor ini," pungkasnya.
(izz)