IHSG Diperkirakan Cenderung Tertekan
A
A
A
JAKARTA - Analis Reliance Securities Lanjar Nafi memperkirakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini masih akan cenderung tertekan hingga mencoba menutup gap dengan range pergerakan 4.780-4.850.
"Secara teknikal IHSG mengkonfirmasi pola 2 star in the north dengan membentuk pola bearish engulfing pada area upper bands setelah up trend jangka menengah," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/3/2016).
Dia mengatakan, sentimen selanjutnya di antaranya data neraca perdagangan dan pertumbuhan ekspor impor di China dengan ekspetasi kembali defisit dengan perlambatan ekspor hingga minus 12,5%. Pertumbuhan GDP di Eropa dengan ekspetasi flat terkendali.
Pergerakan IHSG kemarin cenderung tertekan sejak awal sesi, ditutup berkurang 19,31 poin atau 0,40% di level 4.831,57 dengan volume yang cukup tinggi. Sehingga disinyalir adanya aksi ambil untung investor pada awal pekan ini.
Meskipun nilai tukar rupiah berhasil kembali menguat mendekati saat harga minyak rebound. Sektor komoditas menjadi primadona seakan investor berpindah ke sektor yang masih memiliki relative perfomance rendah.
Namun, lanjut Lanjar, berhasil mencetak pertumbuhan bottom line rata-rata di atas ekspetasi seperti sektor pertanian dan pertambangan. "Sehingga investor asing masih terlihat melakukan aksi beli sebesar Rp502 miliar," pungkasnya.
"Secara teknikal IHSG mengkonfirmasi pola 2 star in the north dengan membentuk pola bearish engulfing pada area upper bands setelah up trend jangka menengah," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/3/2016).
Dia mengatakan, sentimen selanjutnya di antaranya data neraca perdagangan dan pertumbuhan ekspor impor di China dengan ekspetasi kembali defisit dengan perlambatan ekspor hingga minus 12,5%. Pertumbuhan GDP di Eropa dengan ekspetasi flat terkendali.
Pergerakan IHSG kemarin cenderung tertekan sejak awal sesi, ditutup berkurang 19,31 poin atau 0,40% di level 4.831,57 dengan volume yang cukup tinggi. Sehingga disinyalir adanya aksi ambil untung investor pada awal pekan ini.
Meskipun nilai tukar rupiah berhasil kembali menguat mendekati saat harga minyak rebound. Sektor komoditas menjadi primadona seakan investor berpindah ke sektor yang masih memiliki relative perfomance rendah.
Namun, lanjut Lanjar, berhasil mencetak pertumbuhan bottom line rata-rata di atas ekspetasi seperti sektor pertanian dan pertambangan. "Sehingga investor asing masih terlihat melakukan aksi beli sebesar Rp502 miliar," pungkasnya.
(izz)