Wall Street Terseret Data China Mendekati Level Terendah
A
A
A
NEW YORK - Wall Street berakhir mendekati level terendah pada perdagangan kemarin, Selasa (8/3) waktu setempat terseret kejatuhan saham energi diikuti melemahnya harga minyak mentah dunia dan menurunnya data perdagangan China. Kondisi ini kembali menimbulkan ketakutan bahwa ekonomi global akan kembali melemah untuk membuat para pelaku pasar melakukan langkah antisipasi.
Dilansir Reuters, Rabu (9/3/2016) harga minyak mentah berjangka AS merosot lebih dari 4% dan menjadi penurunan paling besar sejak 11 Februari, lalu. Semenjak menyentuh level terendah, mintak mentah AS sempat membaik dan menanjak naik sebesar 45,5%. Kelebihan pasokan minyak dan melemahnya ekonomi China masih menjadi sentimen untuk investor.
Hanya minyak global dan indeks ekuitas tahun ini telah berkorelasi sangat kuat. Analis dari Goldman Sachs menerangkan harga minyak masih prematur dan diprediksi akan kembali melemah untuk membantu menyeimbangkan pasar di akhir tahun. Pada perdagangan pasar saham kemarin, beberapa saham seperti Exxon (XOM.N) dan Chevron (CVX. N) menurun lebih dari 2% dan indeks energi S & P 500 menyusut 4,1%.
Data perdagangan China sepanjang Februari mencatat kinerja jauh lebih buruk dibandingkan apa yang diprediksi ekonom, ketika ekspor mereka ke titik terendah dalam enam tahun terakhir. Ekspor sektor industri dasar melemah 2%. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 109,85 poin atau 0,64% ke posisi 16.964,1 dan indeks S & P 500 kehilangan 22,5 poin atau 1,12% ke level 1.979,26.
Sementara Indeks Nasdaq Composite merosot 59,43 poin atau 1.26% ke posisi 4.648,83. Sekitar 8,5 miliar saham tercatat berpindah tangan pada perdagangan pasar saham AS, di bawah rata-rata 8,77 miliar dibandingkan 20 sesi perdagangan terakhir.
Dilansir Reuters, Rabu (9/3/2016) harga minyak mentah berjangka AS merosot lebih dari 4% dan menjadi penurunan paling besar sejak 11 Februari, lalu. Semenjak menyentuh level terendah, mintak mentah AS sempat membaik dan menanjak naik sebesar 45,5%. Kelebihan pasokan minyak dan melemahnya ekonomi China masih menjadi sentimen untuk investor.
Hanya minyak global dan indeks ekuitas tahun ini telah berkorelasi sangat kuat. Analis dari Goldman Sachs menerangkan harga minyak masih prematur dan diprediksi akan kembali melemah untuk membantu menyeimbangkan pasar di akhir tahun. Pada perdagangan pasar saham kemarin, beberapa saham seperti Exxon (XOM.N) dan Chevron (CVX. N) menurun lebih dari 2% dan indeks energi S & P 500 menyusut 4,1%.
Data perdagangan China sepanjang Februari mencatat kinerja jauh lebih buruk dibandingkan apa yang diprediksi ekonom, ketika ekspor mereka ke titik terendah dalam enam tahun terakhir. Ekspor sektor industri dasar melemah 2%. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 109,85 poin atau 0,64% ke posisi 16.964,1 dan indeks S & P 500 kehilangan 22,5 poin atau 1,12% ke level 1.979,26.
Sementara Indeks Nasdaq Composite merosot 59,43 poin atau 1.26% ke posisi 4.648,83. Sekitar 8,5 miliar saham tercatat berpindah tangan pada perdagangan pasar saham AS, di bawah rata-rata 8,77 miliar dibandingkan 20 sesi perdagangan terakhir.
(akr)