Ini di Balik Sikap Skeptis IMF dan Bank Dunia terhadap Tax Amnesty
A
A
A
JAKARTA - Sikap skeptis yang disuarakan petinggi Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap efektivitas pengampunan pajak (tax amnesty) mendapat sorotan sejumlah pihak. Diduga langkah itu dasari motif untuk mempertahankan ketergantungan Indonesia terhadap pinjaman (soft loan) lembaga donor tersebut.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo. Dia mengatakan, sebetulnya bukan hanya IMF yang memandang remeh rencana tax amnesty Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bank Dunia juga demikian. Kedua lembaga tersebut takut Indonesia tidak lagi tergantung dengan soft loan untuk proyek reformasi administrasi.
"Selama ini kan mereka rajin kasih kita soft loan untuk proyek reformasi administrasi yang pengerjaannya lama, persyaratannya banyak, yang kemudian nanti mereka akan carikan konsultan untuk kita. Dengan penerapan tax amnesty ini, dan mereka memandang skeptis, ada satu nuansa bahwa mereka khawatir kehilangan pengaruh untuk Indonesia. Kita bisa berdiri sendiri tanpa soft loan, bisa membangun sendiri. Ada kecenderungan ke sana," ujar Prastowo ketika dihubungi oleh Sindonews di Jakarta, Selasa (15/3/2016).
Dia menuturkan, selama ini Indonesia sangat tergantung dengan IMF dan Bank DUnia. Indonesia terkesan menikmati apa yang ditawarkan lembaga keuangan asing tersebut. Sehingga, saat pemerintah Indonesia akan bergerak dengan kebijakan tax amnesty, kedua lembaga donor itu agak terpukul.
"Kita itu (Indonesia) bisa dikatakan bergantung juga dengan mereka. Karena mereka memang aktif mendampingi, menawarkan diri dan kita selama ini menikmati dukungan IMF dan World Bank. Sekarang ini sebenarnya zamannya Pak Jokowi, kita sebenarnya sudah tidak terlalu bergantung sama pinjaman-pinjaman itu," imbuhnya.
Prastowo menyebut, keskeptisan IMF dan Bank Dunia terhadap kebijakan tax amnesty dianggap terlambat. Pemerintah Indonesia tidak mungkin mundur dengan kebijakan tersebut.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo. Dia mengatakan, sebetulnya bukan hanya IMF yang memandang remeh rencana tax amnesty Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bank Dunia juga demikian. Kedua lembaga tersebut takut Indonesia tidak lagi tergantung dengan soft loan untuk proyek reformasi administrasi.
"Selama ini kan mereka rajin kasih kita soft loan untuk proyek reformasi administrasi yang pengerjaannya lama, persyaratannya banyak, yang kemudian nanti mereka akan carikan konsultan untuk kita. Dengan penerapan tax amnesty ini, dan mereka memandang skeptis, ada satu nuansa bahwa mereka khawatir kehilangan pengaruh untuk Indonesia. Kita bisa berdiri sendiri tanpa soft loan, bisa membangun sendiri. Ada kecenderungan ke sana," ujar Prastowo ketika dihubungi oleh Sindonews di Jakarta, Selasa (15/3/2016).
Dia menuturkan, selama ini Indonesia sangat tergantung dengan IMF dan Bank DUnia. Indonesia terkesan menikmati apa yang ditawarkan lembaga keuangan asing tersebut. Sehingga, saat pemerintah Indonesia akan bergerak dengan kebijakan tax amnesty, kedua lembaga donor itu agak terpukul.
"Kita itu (Indonesia) bisa dikatakan bergantung juga dengan mereka. Karena mereka memang aktif mendampingi, menawarkan diri dan kita selama ini menikmati dukungan IMF dan World Bank. Sekarang ini sebenarnya zamannya Pak Jokowi, kita sebenarnya sudah tidak terlalu bergantung sama pinjaman-pinjaman itu," imbuhnya.
Prastowo menyebut, keskeptisan IMF dan Bank Dunia terhadap kebijakan tax amnesty dianggap terlambat. Pemerintah Indonesia tidak mungkin mundur dengan kebijakan tersebut.
(dmd)