Industri Ekspres Pos dan Logistik Masih Potensial
A
A
A
JAKARTA - Peluang industri pos dan logistik di dalam negeri masih cukup besar dan berpotensi berkembang dalam jangka panjang. Data pertumbuhan logistik nasional pada 2015 mencatat hanya 14% logistik ekspres pos, sehingga masih banyak hal yang harus digarap.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik, Muhammad Kadrial mengatakan, dari pertumbuhan logistik nasional, presentase 10% di antaranya dinikmati jasa pengiriman ekspres pos dan logistik. "Kalau hitungan size pasar sebenarnya belum ada data pasti pada sektor ekspres pos dan ligistik ini. Tapi, sekitar 10% dari pertumbuhan logistik nasional saya kira sangat menguntungkan," ujarnya, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/3/2016).
Meski demikian, lanjut dia, kelancaran sektor usaha logistik ekspres pos masih terus berpacu dengan ketersediaan infrastruktur yang ada. Sebab, sektor ini sangat mengandalkan jasa kurir yang memanfaatkan ketersediaan infrastruktur transportasi.
"Kita masih berpacu dengan ketersediaan prasarana transportasi yang ada. Terutama infrastruktur jalan, kemudian ketersediaan infrastruktur bandara sedangkan sisanya ada pada pengiriman sektor laut sebagian kecil," katanya.
Selain ketersediaan infrastruktur, memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kalangan usaha di sektor ini cukup menyambut baik. Artinya, efisiensi dan kemudahan layanan lebih diutamakan dengan memanfaatkan berbagai aplikasi internet yang sudah merambah masyarakat Indonesia.
"Tantangan ke depan dengan era MEA saat ini kita butuh layanan yang efisien dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Sebab, asing sudah sangat siap mengincar pasar kita, sedangkan di dalam negeri pasar kita masih cukup besar untuk dikembangkan. Karenanya, keterpaduan teknologi akan dimanfaatkan," terang Kadrial.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mohammad Feriadi mengatakan, market yang besar pada sektor jasa kurir ekspres dan logistik untuk JNE mencapai 12 juta kiriman pada 2015. Jumlah pengiriman tersebut bisa lebih besar jika didukung dengan infrastruktur transportasi dan SDM yang mampu menerapkan teknologi efisien.
"Tentu ini akan lebih besar jika di-backup pemerintah. Misalnya ketersediaan infrastruktur transportasi maupun birokrasi yang memudahkan," tandasnya.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik, Muhammad Kadrial mengatakan, dari pertumbuhan logistik nasional, presentase 10% di antaranya dinikmati jasa pengiriman ekspres pos dan logistik. "Kalau hitungan size pasar sebenarnya belum ada data pasti pada sektor ekspres pos dan ligistik ini. Tapi, sekitar 10% dari pertumbuhan logistik nasional saya kira sangat menguntungkan," ujarnya, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/3/2016).
Meski demikian, lanjut dia, kelancaran sektor usaha logistik ekspres pos masih terus berpacu dengan ketersediaan infrastruktur yang ada. Sebab, sektor ini sangat mengandalkan jasa kurir yang memanfaatkan ketersediaan infrastruktur transportasi.
"Kita masih berpacu dengan ketersediaan prasarana transportasi yang ada. Terutama infrastruktur jalan, kemudian ketersediaan infrastruktur bandara sedangkan sisanya ada pada pengiriman sektor laut sebagian kecil," katanya.
Selain ketersediaan infrastruktur, memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kalangan usaha di sektor ini cukup menyambut baik. Artinya, efisiensi dan kemudahan layanan lebih diutamakan dengan memanfaatkan berbagai aplikasi internet yang sudah merambah masyarakat Indonesia.
"Tantangan ke depan dengan era MEA saat ini kita butuh layanan yang efisien dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Sebab, asing sudah sangat siap mengincar pasar kita, sedangkan di dalam negeri pasar kita masih cukup besar untuk dikembangkan. Karenanya, keterpaduan teknologi akan dimanfaatkan," terang Kadrial.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mohammad Feriadi mengatakan, market yang besar pada sektor jasa kurir ekspres dan logistik untuk JNE mencapai 12 juta kiriman pada 2015. Jumlah pengiriman tersebut bisa lebih besar jika didukung dengan infrastruktur transportasi dan SDM yang mampu menerapkan teknologi efisien.
"Tentu ini akan lebih besar jika di-backup pemerintah. Misalnya ketersediaan infrastruktur transportasi maupun birokrasi yang memudahkan," tandasnya.
(dmd)