Menanti Penurunan Harga BBM

Minggu, 27 Maret 2016 - 06:01 WIB
Menanti Penurunan Harga BBM
Menanti Penurunan Harga BBM
A A A
PEMERINTAH memastikan akan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 1 April 2016. Namun, besaran penurunannya masih dalam kajian termasuk mempertimbangkan kondisi ekonomi global.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengemukakan, keputusan penurunan harga BBM dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu harga minyak dunia, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), dan mata rantai distribusi BBM. Saat ini, ketiga faktor tersebut mendukung adanya penurunan harga.

”Dalam satu dua hari akan disimpulkan, enggak sampai Rp1.000 (penurunan harga BBM). Tapi, kita ingin menjaga stabilitas jangan sampai menjelang Lebaran ketika harga naik signifikan, yang kasihan rakyat paling bawah,” ujarnya, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (25/3/2016).

Sudirman mengatakan, pemerintah tidak akan menetapkan harga BBM sesuai harga keekonomian. Saat disinggung terkait posisi harga keekonomian BBM, baik jenis premium maupun solar, Sudirman enggan mengungkapnya. ”Ada lah. Saya enggak mau bilang. Nanti salah lagi,” imbuhnya.

Sudirman menerangkan, margin antara harga keekonomian dan harga BBM yang baru nantinya akan dijadikan dana cadangan untuk mengompensasi adanya risiko kenaikan harga minyak dunia di kemudian hari. Pemerintah beralasan, setiap upaya penurunan harga BBM selama ini tidak diikuti dengan adanya penurunan harga transportasi atau barang-barang.

”Kita akan simpan ini dan bisa dipertanggungjawabkan oleh Pertamina, berapa kelebihannya dan kekurangannya. Dulu kan Pertamina juga rugi Rp15 triliun waktu jual premium di bawah harga keekonomian. Nanti pada waktunya kita komunikasikan kepada publik,” ucapnya.

Dia menambahkan, pihaknya bersama PT Pertamina (Persero) masih terus membahas mengenai ketentuan harganya hingga menjelang hari diturunkan harga BBM. Di sini pemerintah akan sangat berhati-hati menghitung formula harga BBM guna menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan harga komoditas global.

Penurunan harga BBM baik itu premium dan solar juga dipastikan akan bertahan selama tiga bulan atau sampai dengan 30 Juni 2016. Menurutnya penyesuaian harga BBM tersebut akan tetap mengacu pada evaluasi harga tiga bulanan untuk menekan gejolak di masyarakat.

Pemerintah ingin menjaga stabilitas harga BBM agar tidak membebani masyarakat ketika harga suatu hari naik. "Jangan sampai terjadi, ketika kami turunkan harga itu turun habis, tapi jelang Lebaran naik drastis. Kasihan masyarakat paling bawah. Karena itu akan dicari formula harga yang tidak terlalu rendah tapi mendekati harga keekonomian," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto mengatakan, perusahaan akan mengikuti keputusan pemerintah. Menurutnya, Pertamina kini tengah menikmati keuntungan dengan harga jual BBM yang berada di atas harga keekonomian. ”Kalau sekarang, posisi dari produk-produk yang kita jual pada 2015, premium yang minus sekarang sudah plus semua,” katanya.

Kendati demikian, Dwi mengatakan, saat ini belum bisa mengungkapkan berapa keuntungan yang dinikmati oleh Pertamina. Dia menyatakan, Pertamina akan mengumumkan laporan keuangan kuartal I/2016 pada akhir Maret.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan menetapkan harga BBM agar tidak terlalu turun untuk menjaga stabilitas saat harga minyak naik.

Berdasarkan proyeksi pemerintah, meski harga Mean of Platts Singapore (MOPS) cenderung menurun dalam tiga bulan terakhir, harga solar dan premium mulai merambat naik. ”Yang pasti pemerintah ingin menjaga stabilitas harga BBM agar tidak terjadi gejolak harga yang dapat merugikan masyarakat,” kata Darmin.

Pengusaha SPBU

Pengusaha SPBU yang tergabung dalam Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) sudah siap jika harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun pada April nanti.

Ketua II DPP Hiswana Migas M Ismeth mengatakan, pihaknya sebagai pengusaha sudah terbiasa dengan penyesuaian harga BBM, sehingga tidak berpengaruh signifikan. "Siap, pengusaha sudah biasa dengan penyesuaian harga. Ya, kalau kita kan sebagai retailer kalau harga naik atau turun kita ikuti," ujarnya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Jumat (25/3/2016).

Menurutnya tidak ada yang khusus dilakukan demi menyesuaikan harga baru premium. "Kalau harganya ada barangnya enggak ada, itu yang repot tapi distribusi premium lancar. Persiapan kita normal-normal saja enggak ada persiapan khusus," katanya.

Ismeth tidak khawatir dengan masyarakat yang akan menahan melakukan pembelian premium sebelum harganya benar-benar turun. "Sampai berlaku harga turun, kalau masyarakat biasanya tahan pembelian secukupnya, kalau sudah turun baru beli normal lagi. Bebas itu masyarakat mau beli sebelum turun atau enggak," imbuhnya.

Terkait harga, Ismeth mengaku, hasil hitungan harga keekonomian premium antara pihaknya dengan pemerintah berbeda. "Hitungannya saja ada tapi buat internal, hitungannya sama pemerintah beda. Ada hitungannya, tentu kita tetap ikutin harga pemerintah," ujarnya.

Ismeth menjelaskan, meski memiliki hitungan harga berbeda dengan pemerintah, namun pengusaha SPBU tidak bisa menentukan harga premium sendiri. "Hitungannya punya, tapi kita enggak bisa nentuin harga sendiri. Yang tentukan pemerintah dan Pertamina," katanya.

Faktor yang menjadi dasar hitungan, kata dia, di antaranya upah pegawai, pergerakan harga minyak dunia dan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). "Banyak faktornya, upah pegawai, nilai tukar USD dan harga minyak dunia. Kita tidak bisa kasih tahu berapa hitungannya," pungkas Ismeth.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8161 seconds (0.1#10.140)