Posisi Investasi Internasional RI USD380,7 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat net kewajiban sebesar USD380,7 miliar (44,2% PDB) pada akhir triwulan IV/2015, meningkat USD32,7 miliar (9,4%) dibanding posisi net kewajiban pada akhir triwulan III/2015 sebesar USD348,0 miliar (40,1% PDB).
Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut dipengaruhi kenaikan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibanding dengan kenaikan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
"Perkembangan tersebut sejalan dengan transaksi modal dan finansial yang mengalami surplus dalam rangka pembiayaan defisit transaksi berjalan di Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV/2015, seiring meredanya ketidakpastian global dan meningkatnya optimisme atas prospek perekonomian Indonesia," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Arbonas Hutabarat di Jakarta, kemarin.
Posisi AFLN Indonesia pada akhir triwulan IV/2015 naik USD3,2 miliar (1,6% qtq) menjadi USD211,8 miliar. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan posisi cadangan devisa.
Kenaikan AFLN lebih lanjut tertahan oleh menurunnya transaksi investasi portofolio dan investasi lainnya di sisi aset serta revaluasi negatif antara lain akibat penguatan USD terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya dan penurunan harga beberapa obligasi benchmark yang menjadi AFLN milik residen.
Posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan IV/2015 meningkat sebesar USD35,9 miliar (6,4% qtq) menjadi USD592,5 miliar. Menurutnya, peningkatan kewajiban tersebut terutama disebabkan meningkatnya transaksi investasi portofolio sisi kewajiban berupa arus masuk modal asing pada obligasi pemerintah, termasuk dari hasil penerbitan global bond pada Desember 2015.
Selain itu, transaksi kewajiban finansial lainnya berupa investasi langsung dan investasi lainnya turut mengalami peningkatan. Kenaikan posisi KFLN juga dipengaruhi faktor revaluasi positif atas instrumen investasi berdenominasi rupiah sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penguatan rupiah terhadap USD.
Bila dibanding dengan posisi akhir tahun sebelumnya, net kewajiban PII Indonesia pada akhir 2015 turun USD13,8 miliar atau minus 3,5% (yoy), terutama disebabkan oleh peningkatan AFLN. Pada 2015, posisi AFLN meningkat USD9,9 miliar (4,9% yoy) terutama didorong naiknya simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri dan penanaman modal langsung.
Di sisi lain, posisi KFLN turun sebesar USD3,9 miliar (0,7% yoy), terutama dipengaruhi penurunan kewajiban investasi langsung, sejalan dengan perlambatan perekonomian domestik, dan penurunan kepemilikan asing atas saham domestik seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia sampai triwulan IV/2015 masih cukup sehat. Namun, BI terus mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian.
"Ke depan, BI berkeyakinan kinerja PII Indonesia akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia," tandasnya.
Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut dipengaruhi kenaikan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibanding dengan kenaikan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
"Perkembangan tersebut sejalan dengan transaksi modal dan finansial yang mengalami surplus dalam rangka pembiayaan defisit transaksi berjalan di Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV/2015, seiring meredanya ketidakpastian global dan meningkatnya optimisme atas prospek perekonomian Indonesia," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Arbonas Hutabarat di Jakarta, kemarin.
Posisi AFLN Indonesia pada akhir triwulan IV/2015 naik USD3,2 miliar (1,6% qtq) menjadi USD211,8 miliar. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan posisi cadangan devisa.
Kenaikan AFLN lebih lanjut tertahan oleh menurunnya transaksi investasi portofolio dan investasi lainnya di sisi aset serta revaluasi negatif antara lain akibat penguatan USD terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya dan penurunan harga beberapa obligasi benchmark yang menjadi AFLN milik residen.
Posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan IV/2015 meningkat sebesar USD35,9 miliar (6,4% qtq) menjadi USD592,5 miliar. Menurutnya, peningkatan kewajiban tersebut terutama disebabkan meningkatnya transaksi investasi portofolio sisi kewajiban berupa arus masuk modal asing pada obligasi pemerintah, termasuk dari hasil penerbitan global bond pada Desember 2015.
Selain itu, transaksi kewajiban finansial lainnya berupa investasi langsung dan investasi lainnya turut mengalami peningkatan. Kenaikan posisi KFLN juga dipengaruhi faktor revaluasi positif atas instrumen investasi berdenominasi rupiah sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penguatan rupiah terhadap USD.
Bila dibanding dengan posisi akhir tahun sebelumnya, net kewajiban PII Indonesia pada akhir 2015 turun USD13,8 miliar atau minus 3,5% (yoy), terutama disebabkan oleh peningkatan AFLN. Pada 2015, posisi AFLN meningkat USD9,9 miliar (4,9% yoy) terutama didorong naiknya simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri dan penanaman modal langsung.
Di sisi lain, posisi KFLN turun sebesar USD3,9 miliar (0,7% yoy), terutama dipengaruhi penurunan kewajiban investasi langsung, sejalan dengan perlambatan perekonomian domestik, dan penurunan kepemilikan asing atas saham domestik seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia sampai triwulan IV/2015 masih cukup sehat. Namun, BI terus mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian.
"Ke depan, BI berkeyakinan kinerja PII Indonesia akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia," tandasnya.
(izz)