Pusat Logistik Berikat Dinilai Dongkrak Daya Saing Investasi
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai, pembangunan Pusat Logistik Berikat (PLB) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia akan mampu mendongkrak daya saing investasi di Indonesia. Saat ini, terdapat 11 PLB yang dibangun di beberapa wilayah di Tanah Air.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, pembangunan PLB ini didasari tujuan untuk meningkatkan kinerja logistik Indonesia yang masih berada jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Rata-rata waktu proses ekspor dan impor di Indonesia mencapai 3,5 hari, sementara di Singapura hanya dua hari dan Vietnam satu hari.
"Di Indonesia, proses tersebut membutuhkan biaya USD573. Sementara biaya di Singapura hanya setengahnya. Bahkan di Vietnam, biaya ini hanya 45% dari Indonesia," katanya di Gedung BKPM, Jakarta, Senin (4/4/2016).
Selain itu, berdasarkan peringkat ease of doing business (EoDB) 2015 yang dirilis Bank Dunia, Indonesia masih berada di bawah beberapa negara ASEAN. Sebab itu, pembangunan PLB menjadi sangat krusial bagi daya saing Indonesia.
"Dengan PLB, pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi logistik nasional dan internasional yang murah dan efisien serta mendukung pertumbuhan industri dalam negeri," imbuh dia.
Menurutnya, keberadaan PLB ini tidak hanya memindahkan gudang penimbunan barang ekspor dan impor ke wilayah Indonesia untuk kebutuhan dalam negeri. Namun, PLB ini juga sebagai hub logistik untuk kawasan Asia Pasifik.
PLB ini, tambah Franky, akan menguntungkan dan mempermudah beragam industri, tidak hanya industri skala besar, tetapi juga industri kecil dan menengah (IKM). "PLB diharapkan mampu menurunkan biaya logistik nasional, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global, sekaligus menggairahkan ekspor nasional," tandasnya.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, pembangunan PLB ini didasari tujuan untuk meningkatkan kinerja logistik Indonesia yang masih berada jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Rata-rata waktu proses ekspor dan impor di Indonesia mencapai 3,5 hari, sementara di Singapura hanya dua hari dan Vietnam satu hari.
"Di Indonesia, proses tersebut membutuhkan biaya USD573. Sementara biaya di Singapura hanya setengahnya. Bahkan di Vietnam, biaya ini hanya 45% dari Indonesia," katanya di Gedung BKPM, Jakarta, Senin (4/4/2016).
Selain itu, berdasarkan peringkat ease of doing business (EoDB) 2015 yang dirilis Bank Dunia, Indonesia masih berada di bawah beberapa negara ASEAN. Sebab itu, pembangunan PLB menjadi sangat krusial bagi daya saing Indonesia.
"Dengan PLB, pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi logistik nasional dan internasional yang murah dan efisien serta mendukung pertumbuhan industri dalam negeri," imbuh dia.
Menurutnya, keberadaan PLB ini tidak hanya memindahkan gudang penimbunan barang ekspor dan impor ke wilayah Indonesia untuk kebutuhan dalam negeri. Namun, PLB ini juga sebagai hub logistik untuk kawasan Asia Pasifik.
PLB ini, tambah Franky, akan menguntungkan dan mempermudah beragam industri, tidak hanya industri skala besar, tetapi juga industri kecil dan menengah (IKM). "PLB diharapkan mampu menurunkan biaya logistik nasional, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global, sekaligus menggairahkan ekspor nasional," tandasnya.
(izz)