Kenaikan Listrik Bisa Timbulkan Kecemburuan
A
A
A
YOGYAKARTA - Kenaikan tarif listrik untuk pelanggan 900 Volt Ampere (VA) per 1 Juli 2016 berpotensi menimbulkan protes di masyarakat. Sebab, kenaikan tidak berlaku menyeluruh bagi pelanggan 900 VA. Pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN), masih memberi subsidi bagi pelanggan ‘khusus’ 900 VA tersebut.
Humas PT PLN Area Yogyakarta, Paulus Kardiman, menyebut masih ada pelanggan PLN 900 VA yang mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tarif mereka tidak akan naik.
Di Yogyakarta setidaknya ada 62.961 pelanggan 900 VA yang berpotensi tidak mengalami tarif pembayaran listrik mereka. Mereka adalah pemilik data yang belum lama ini diberikan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
“Basis Data Terpadu (BDT) milik TNP2K yang harus kami survei adalah sebanyak 62.961 Kepala Keluarga (KK),”paparnya, Senin (11/4).
Menurut Kardiman, 62.961 adalah pelanggan yang harus disurvei penggunaan listriknya, meskipun mereka sebenarnya menjadi pelanggan 900 VA. Sebab, 62.961 pelanggan tersebut tercatat sebagai keluarga yang masuk dalam kategori miskin dan rawan miskin. Keluarga kategori miskin dan non miskin tersebut menjadi prioritas dari pemerintah untuk mendapatkan subsidi.
Kardiman mengungkapkan, selama ini pihak PLN memang tidak pernah membeda-bedakan status sosial pelanggan PLN apakah tergolong mampu atau tidak. PLN hanya menerima pendaftaran menjadi pelanggan dari masyarakat berdasarkan keinginan masyarakat. Sehingga hal tersebut memungkinkan tidak semua pelanggan 450 VA dan 900 VA berasal dari kategori miskin dan rawan miskin.
Dalam catatan PLN, pelanggan kategori 900VA rumah tangga mencapai angka 349.806, kategori social ada 8.131 pelanggan dan bisnis ada 12.163 orang. Jika asumsi angka 62.961 pelanggan yang disurvei berdasarkan dari basis data TNP2K benar-benar miskin dan rawan miskin sehingga layak mendapat subsidi, maka selama ini 286.845 pelanggan 900 VA yang tergolong mampu menikmati listrik bersubsidi.
“Subsidi yang salah sasaran jika demikian,”ujarnya.
Meskipun saat ini kenaikan tarif listrik sudah santer diberitakan oleh berbagai media, tetapi ia yakin sampai saat ini belum banyak masyarakat yang protes. Karena biasanya baru terjadi gejolak ketika kenaikan tarif tersebut benar-benar direalisasikan. Dan ia yakin nanti akan timbul protes dari masyarakat karena merasa tidak diberlakukan secara adil.
Ketika diberlakukan, lanjut Kardiman, akan timbul kecemburuan antara sesama pelanggan 900 VA, terutama yang bertetangga. Ketika ada pelanggan 900 VA yang rumahnya bersebelahan akan mendapat perlakuan tarif berbeda akibat dari pemberlakuan ketentuan subsidi terbaru tersebut, maka pelanggan 900 VA yang naik tarifnya naik merasa diperlakukan tidak adil.
Selama ini, pihaknya memang berusaha selalu meningkatkan jumlah pelanggan untuk menambah tingkat elektrifikasi kepala keluarga di DIY. Saat ini, jumlah pelanggan di DIY ada sekitar 1,4 juta kepala keluarga dan dari jumlah tersebut tingkat elektrifikasinya baru sekitar 80 %. Dan menurutnya, untuk mencapai angka 100% cukup sulit, karena ada daerah yang aksesnya sulit seperti daerah perbukitan dan pesisir.
Data Pelanggan
450 VA
- Rumah Tangga 737.584 pelanggan dengan tarif Rp 415/Kwh
- Sosial 8.161 pelanggan dengan tarif Rp 325/kwh
- Bisnis 5.322 panggan, dengan tarif Rp 535/kwh.
900 VA
- Rumah tangga 349.806 pelanggan dengan tarif bersubsidi Rp 612/kwh,
sesudah subsidi dicabut Rp 1.342,98/Kwh
- Sosial 8.131 pelanggan dengan tarif Rp 535/Kwh
- Bisnis 12.163 pelanggan dengan tarif Rp 603/Kwh
Total pelanggan 1,2 juta orang.
Humas PT PLN Area Yogyakarta, Paulus Kardiman, menyebut masih ada pelanggan PLN 900 VA yang mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tarif mereka tidak akan naik.
Di Yogyakarta setidaknya ada 62.961 pelanggan 900 VA yang berpotensi tidak mengalami tarif pembayaran listrik mereka. Mereka adalah pemilik data yang belum lama ini diberikan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
“Basis Data Terpadu (BDT) milik TNP2K yang harus kami survei adalah sebanyak 62.961 Kepala Keluarga (KK),”paparnya, Senin (11/4).
Menurut Kardiman, 62.961 adalah pelanggan yang harus disurvei penggunaan listriknya, meskipun mereka sebenarnya menjadi pelanggan 900 VA. Sebab, 62.961 pelanggan tersebut tercatat sebagai keluarga yang masuk dalam kategori miskin dan rawan miskin. Keluarga kategori miskin dan non miskin tersebut menjadi prioritas dari pemerintah untuk mendapatkan subsidi.
Kardiman mengungkapkan, selama ini pihak PLN memang tidak pernah membeda-bedakan status sosial pelanggan PLN apakah tergolong mampu atau tidak. PLN hanya menerima pendaftaran menjadi pelanggan dari masyarakat berdasarkan keinginan masyarakat. Sehingga hal tersebut memungkinkan tidak semua pelanggan 450 VA dan 900 VA berasal dari kategori miskin dan rawan miskin.
Dalam catatan PLN, pelanggan kategori 900VA rumah tangga mencapai angka 349.806, kategori social ada 8.131 pelanggan dan bisnis ada 12.163 orang. Jika asumsi angka 62.961 pelanggan yang disurvei berdasarkan dari basis data TNP2K benar-benar miskin dan rawan miskin sehingga layak mendapat subsidi, maka selama ini 286.845 pelanggan 900 VA yang tergolong mampu menikmati listrik bersubsidi.
“Subsidi yang salah sasaran jika demikian,”ujarnya.
Meskipun saat ini kenaikan tarif listrik sudah santer diberitakan oleh berbagai media, tetapi ia yakin sampai saat ini belum banyak masyarakat yang protes. Karena biasanya baru terjadi gejolak ketika kenaikan tarif tersebut benar-benar direalisasikan. Dan ia yakin nanti akan timbul protes dari masyarakat karena merasa tidak diberlakukan secara adil.
Ketika diberlakukan, lanjut Kardiman, akan timbul kecemburuan antara sesama pelanggan 900 VA, terutama yang bertetangga. Ketika ada pelanggan 900 VA yang rumahnya bersebelahan akan mendapat perlakuan tarif berbeda akibat dari pemberlakuan ketentuan subsidi terbaru tersebut, maka pelanggan 900 VA yang naik tarifnya naik merasa diperlakukan tidak adil.
Selama ini, pihaknya memang berusaha selalu meningkatkan jumlah pelanggan untuk menambah tingkat elektrifikasi kepala keluarga di DIY. Saat ini, jumlah pelanggan di DIY ada sekitar 1,4 juta kepala keluarga dan dari jumlah tersebut tingkat elektrifikasinya baru sekitar 80 %. Dan menurutnya, untuk mencapai angka 100% cukup sulit, karena ada daerah yang aksesnya sulit seperti daerah perbukitan dan pesisir.
Data Pelanggan
450 VA
- Rumah Tangga 737.584 pelanggan dengan tarif Rp 415/Kwh
- Sosial 8.161 pelanggan dengan tarif Rp 325/kwh
- Bisnis 5.322 panggan, dengan tarif Rp 535/kwh.
900 VA
- Rumah tangga 349.806 pelanggan dengan tarif bersubsidi Rp 612/kwh,
sesudah subsidi dicabut Rp 1.342,98/Kwh
- Sosial 8.131 pelanggan dengan tarif Rp 535/Kwh
- Bisnis 12.163 pelanggan dengan tarif Rp 603/Kwh
Total pelanggan 1,2 juta orang.
(ven)