Dari Pemasok Bahan, Rajai Penjualan Dodol di Berbagai Daerah
A
A
A
KETEKUNAN dan konsistensi dalam menjalankan usaha menjadi kunci sukses seseorang dalam membangun serta mengembangkan bisnis hingga besar. Hal itulah yang dijalani H Uyud.
Berawal dari membuka usaha sebagai pedagang yang memasok tepung dan beras ketan bagi pembuat dodol pada 1990-an, Uyud kini malah berkibar sebagai salah satu produsen dodol Garut yang bertahan dan berkembang hingga anak keturunannya.
Pada 1997, keuletan Uyud sudah terlihat dari ketidakpuasannya hanya menjadi pedagang tepung dan beras ketan. Dia berekspansi menambah usaha turunan dari beras ketan, yakni membuat Rangginan. Namun, usaha tersebut tidak berjalan mulus.
Gagal pada usaha Rangginang tidak membuat Uyud patah arang. Dia mencari usaha baru di bidang lain. Hingga akhirnya pada 2005, Uyud menambah jenis kegiatan usahanya, masih dalam bidang kuliner yakni pembuatan dodol Garut.
Segmen dodol yang diambilnya adalah dodol kelas curah (dengan harga murah). Ternyata usaha baru yang ditekuninya tersebut cukup memiliki prospek bagus. Di mana hingga saat ini usaha pembuatan dodolnya terus berkembang.
Inovasi yang dilakukan, Uyud tidak berhenti di situ, pada 2009, dia mampu memproduksi sendiri bahan baku dodol yakni tepung ketan. Sehingga harga dodol yang diproduksinya lebih kompetitif dan margin keuntungan menjadi lebih baik.
Hingga saat ini, tepung ketan yang diproduksi Uyud tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam memproduksi dodol curah, namun juga dijual pada beberapa perajin dodol lain. Uyud juga menjual bahan-bahan lainnya untuk produksi dodol ke beberapa perajin, antara lain gula, minyak, dan juga gas elpiji.
Pemimpin Kantor Cabang Utama BNI Garut Syaiful Jamal (kiri) menyerahkan cinderamata kepada H Uyud
Dalam upaya agar basis usahanya lebih stabil dan berkesinambungan, Uyud menerima tawaran BNI untuk mengalihkan pinjamannya dari kredit bersuku bunga tinggi menjadi 9% melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sehingga, masuk salah satu debitur BNI yang memperoleh manfaat langsung dari program KUR bersuku bunga singel digit dari pemerintah.
“Untuk pemasaran, saya membidik daerah di luar Garut. Ini karena di Garut sudah banyak pembuat dodol. Ada sekitar 50 lebih yang memproduksi dodol di sini. Rata-rata mereka yang berjualan memiliki pabrik sendiri,” ujar Uyud, Sabtu (16/4/2016).
Menariknya dalam mengembangkan bisnis, selain menggandeng kelompok usaha, Uyud juga sukses menurunkan ilmunya membangun bisnis terhadap keluarga. Bahkan, keempat anaknya memiliki merek dodol sendiri-sendiri.
H Uyud bersama putra dan putrinya membangun usaha dodol Garut
“Anak-anak saya punya produksi dodol. Mereka mengembangkan usaha dan punya merek sendiri, seperti, Anugrah yang paling besar. Pasar sama di luar Garut. Namun, untuk keagenan, mereka sendiri-sendiri,” ungkap pria persahaja ini.
Uyud yang mengaku bangga pernah dikunjungi Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedijo (HT) ini menuturkan, khusus usaha di pabriknya memiliki karyawan sebanyak 40 orang, dengan sistem kerja borongan Rp500/kg mulai pukul 07.00 WIB hingga 14.00 WIB. “Rata-rata mereka mampu mengerjakan produksi hingga 50 kg,” imbuhnya.
Uyud berharap usahanya tersebut dapat berkembang, terlebih dengan dibangunnya jaringan kelompok usaha dan merek-merek dagang yang dibangun bersama sehingga saling menguatkan.
Berawal dari membuka usaha sebagai pedagang yang memasok tepung dan beras ketan bagi pembuat dodol pada 1990-an, Uyud kini malah berkibar sebagai salah satu produsen dodol Garut yang bertahan dan berkembang hingga anak keturunannya.
Pada 1997, keuletan Uyud sudah terlihat dari ketidakpuasannya hanya menjadi pedagang tepung dan beras ketan. Dia berekspansi menambah usaha turunan dari beras ketan, yakni membuat Rangginan. Namun, usaha tersebut tidak berjalan mulus.
Gagal pada usaha Rangginang tidak membuat Uyud patah arang. Dia mencari usaha baru di bidang lain. Hingga akhirnya pada 2005, Uyud menambah jenis kegiatan usahanya, masih dalam bidang kuliner yakni pembuatan dodol Garut.
Segmen dodol yang diambilnya adalah dodol kelas curah (dengan harga murah). Ternyata usaha baru yang ditekuninya tersebut cukup memiliki prospek bagus. Di mana hingga saat ini usaha pembuatan dodolnya terus berkembang.
Inovasi yang dilakukan, Uyud tidak berhenti di situ, pada 2009, dia mampu memproduksi sendiri bahan baku dodol yakni tepung ketan. Sehingga harga dodol yang diproduksinya lebih kompetitif dan margin keuntungan menjadi lebih baik.
Hingga saat ini, tepung ketan yang diproduksi Uyud tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam memproduksi dodol curah, namun juga dijual pada beberapa perajin dodol lain. Uyud juga menjual bahan-bahan lainnya untuk produksi dodol ke beberapa perajin, antara lain gula, minyak, dan juga gas elpiji.
Pemimpin Kantor Cabang Utama BNI Garut Syaiful Jamal (kiri) menyerahkan cinderamata kepada H Uyud
Dalam upaya agar basis usahanya lebih stabil dan berkesinambungan, Uyud menerima tawaran BNI untuk mengalihkan pinjamannya dari kredit bersuku bunga tinggi menjadi 9% melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sehingga, masuk salah satu debitur BNI yang memperoleh manfaat langsung dari program KUR bersuku bunga singel digit dari pemerintah.
“Untuk pemasaran, saya membidik daerah di luar Garut. Ini karena di Garut sudah banyak pembuat dodol. Ada sekitar 50 lebih yang memproduksi dodol di sini. Rata-rata mereka yang berjualan memiliki pabrik sendiri,” ujar Uyud, Sabtu (16/4/2016).
Menariknya dalam mengembangkan bisnis, selain menggandeng kelompok usaha, Uyud juga sukses menurunkan ilmunya membangun bisnis terhadap keluarga. Bahkan, keempat anaknya memiliki merek dodol sendiri-sendiri.
H Uyud bersama putra dan putrinya membangun usaha dodol Garut
“Anak-anak saya punya produksi dodol. Mereka mengembangkan usaha dan punya merek sendiri, seperti, Anugrah yang paling besar. Pasar sama di luar Garut. Namun, untuk keagenan, mereka sendiri-sendiri,” ungkap pria persahaja ini.
Uyud yang mengaku bangga pernah dikunjungi Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedijo (HT) ini menuturkan, khusus usaha di pabriknya memiliki karyawan sebanyak 40 orang, dengan sistem kerja borongan Rp500/kg mulai pukul 07.00 WIB hingga 14.00 WIB. “Rata-rata mereka mampu mengerjakan produksi hingga 50 kg,” imbuhnya.
Uyud berharap usahanya tersebut dapat berkembang, terlebih dengan dibangunnya jaringan kelompok usaha dan merek-merek dagang yang dibangun bersama sehingga saling menguatkan.
(dmd)