Perkuat Pengembangan Karyawan dan Agen
A
A
A
JAKARTA - INDUSTRI asuransi di Indonesia diyakini terus tumbuh di masa mendatang. Kondisi ini dimanfaatkan perusahaan asuransi dengan membenamkan investasi guna memanfaatkan potensi yang demikian besar.
Sun Life Financial Indonesia yang sudah beroperasi selama 20 tahun di Tanah Air, tahu benar apa yang harus dilakukan untuk memanfaatkan momentum tersebut. Di bawah komando Elin Waty, selaku Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia, perusahaan gencar melakukan sejumlah strategi guna mengembangkan bisnis.
Elin Waty sudah bergelut di industri asuransi selama 22 tahun. Berbekal pengalamannya, perempuan kelahiran Riau itu diberi kepercayaan untuk berkontribusi lebih bagi kesuksesan serta memperkuat brand Sun Life. Untuk mengetahui apa saja yang akan dilakukan dalam mengembangkan perusahaan, berikut petikan wawancaranya.
Apa saja yang akan dilakukan Sun Life Indonesia ke depan?
Kami telah melakukan banyak investasi dalam beberapa tahun terakhir untuk menempatkan perusahaan pada pertumbuhan jangka panjang di Indonesia. Tahun lalu, Sun Life Financial berkomitmen melakukan investasi penting yang nilainya mencapai USD40 juta untuk mengembangkan karyawan dan agen, teknologi dan brand di pasar. Kami juga telah meresmikan gedung kantor pusat baru yang lebih luas di Jakarta pada Mei lalu, yaitu Menara Sun Life.
Selain itu, kinerja tahun lalu juga menunjukkan hasil positif di mana dari sisi keagenan kita tumbuh di atas rata-rata industri. Kita juga selalu buka kantor cabang, di Bali baru buka tiga, Januari baru buka di Surabaya dan rencananya kita akan mulai masuk ke wilayah yang belum pernah dijamah orang, seperti di Kediri, Bau-Bau.
Sudah lebih dari enam bulan Anda menjabat sebagai presiden direktur, tantangan apa yang dihadapi?
Setiap leader punya tantangan dan punya gaya masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Jadi untuk awal-awal mungkin karyawan sedang mencari tahu bagaimana menghadapi saya, bagaimana cara berkomunikasi tentang kerjaan dengan saya.
Jadi, tantangan paling besar adalah bagaimana kita sebagai seorang pemimpin bisa meyakinkan karyawan bahwa strategi-strategi yang kita lakukan itu adalah buat mereka juga. Namun, sejauh ini karyawan senang sebab komunikasi lebih lancar karena mungkin saya orang Indonesia yang bicara dengan menggunakan bahasa Indonesia sehingga teman-teman di sini jika ingin mengungkapkan perasaan dan ekspresi lebih terbuka.
Terobosan apa yang dilakukan?
Kami akan bangun perpustakan di seluruh Indonesia, seperti di Cirebon, Yogyakarta. Nantinya, akan ada program bagaimana cara meningkatkan minat baca ke murid-muridnya. Bukan hanya itu, kita juga akan mengajarkan bagaimana cara mengelola perpustakaan. Jadi, bukan hanya bangun fisiknya, tetapi bagaimana membuat dan mengajarkan guru agar anak didik bisa minat membaca.
Bisa diceritakan karier Anda sebelum bergabung dengan Sun Life?
Sebelum bergabung dengan Sun Life, saya pernah memegang berbagai jabatan senior dalam keagenan, pemasaran dan operasional di beberapa perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia. Saya sudah lebih dari dua dekade di industri asuransi. Di Sun Life saya sebelumnya menjabat Chief Distribution Officer sejak 2013.
Anda wanita pertama yang menjadi Presiden Direktur di Sun Life Indonesia, bagaimana perasaannya?
Sebetulnya waktu ditunjuk jadi Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia, saya butuh waktu untuk memutuskan mengambil posisi itu. Karena pada dasarnya yang saya rasakan lebih kepada moral obligation. Karena kan sebagai CEO berarti tanggung jawabnya lebih besar. Saya tidak takut dengan diri saya sendiri, karena kalau saya sendiri hanya tanggung jawabnya dengan diri sendiri.
Sebagai puncak pimpinan kita harus bertanggung jawab terhadap 600 karyawan. Selain itu, yang membuat saya butuh waktu untuk memikirkan adalah apakah ini benar yang diinginkan Tuhan buat saya. Dan, kalau ini benar amanah yang Tuhan kasih ke saya, maka saya yakin mampu melakukannya.
Ini juga membawa nama Indonesia karena saya presdir pertama Indonesia di Sun Life. Beruntung, dukungan dari teman-teman di sini sangat positif. Mereka akan mendukung saya, dukungan keluarga dan dukungan dari presdir sebelumnya juga mengatakan saya mampu.
Menurut pandangan Anda, apakah hakikat dari seorang leader?
Saya selalu katakan, beda saya dengan karyawan yakni hanya tanggung jawab. Jadi saya tidak ingin diperlakukan secara khusus, karena buat saya masing masing dari kita sama-sama punya kapasitas. Mungkin tanggung jawab saya lebih besar dari karyawan, jadi teman-teman tidak merasakan saya beda yang sebelum jadi CEO dan sesudah jadi CEO.
Seorang leader harus punya wawasan luas juga. Makanya, saya harus terus belajar dari teman-teman. Saya bukan tipikal orang yang malu buat belajar, kalau saya tidak paham akan sesuatu dan ada karyawan yang paham dan mengerti maka saya akan tanya ke mereka supaya saya bisa paham. Biasanya, kalau ada isu-isu yang baru, saya biasanya panggil area terkait dan kita secara bersama-sama bagaimana cara meng-handle dan cara menyelesaikan secara bersama-sama.
Bagaimana cara Anda memimpin?
Saya seorang yang demokratis dan terbuka. Saya selalu katakan bahwa karyawan yang menjalankan selalu lebih tahu dibandingkan atasan, maka dari itu saya meminta kepada teman-teman bersikap terbuka dengan saya. Apa yang menjadi kendala dalam pekerjaan, apa tantangannya, dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Saya juga selalu melakukan kegiatan Fun Gate Together bersama karyawan dengan tujuan mengakrabkan dan saling kekeluargaan. Jadi, setiap bulan kegiatan itu dilakukan dengan tema yang berbeda-beda. Setiap divisi memberikan temanya masing-masing, misalkan tema beach, movie day dan lain-lain. Di kegiatan Fun Gate Together tidak hanya have fun, namun ada juga bisnis update, menjelaskan apa yang sedang terjadi dan dihadapi di divisi masing-masing.
Apa mimpi yang belum terwujud?
Saya punya banyak mimpi, tapi yang pasti proses integrasi harus selesai. Selain itu, dari sisi teknologinya agen aplikasi harus selesai tahun ini. Produk-produk baru juga diharapkan bisa diluncurkan tahun ini. Dan, masih banyak lagi.
Sun Life Financial Indonesia yang sudah beroperasi selama 20 tahun di Tanah Air, tahu benar apa yang harus dilakukan untuk memanfaatkan momentum tersebut. Di bawah komando Elin Waty, selaku Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia, perusahaan gencar melakukan sejumlah strategi guna mengembangkan bisnis.
Elin Waty sudah bergelut di industri asuransi selama 22 tahun. Berbekal pengalamannya, perempuan kelahiran Riau itu diberi kepercayaan untuk berkontribusi lebih bagi kesuksesan serta memperkuat brand Sun Life. Untuk mengetahui apa saja yang akan dilakukan dalam mengembangkan perusahaan, berikut petikan wawancaranya.
Apa saja yang akan dilakukan Sun Life Indonesia ke depan?
Kami telah melakukan banyak investasi dalam beberapa tahun terakhir untuk menempatkan perusahaan pada pertumbuhan jangka panjang di Indonesia. Tahun lalu, Sun Life Financial berkomitmen melakukan investasi penting yang nilainya mencapai USD40 juta untuk mengembangkan karyawan dan agen, teknologi dan brand di pasar. Kami juga telah meresmikan gedung kantor pusat baru yang lebih luas di Jakarta pada Mei lalu, yaitu Menara Sun Life.
Selain itu, kinerja tahun lalu juga menunjukkan hasil positif di mana dari sisi keagenan kita tumbuh di atas rata-rata industri. Kita juga selalu buka kantor cabang, di Bali baru buka tiga, Januari baru buka di Surabaya dan rencananya kita akan mulai masuk ke wilayah yang belum pernah dijamah orang, seperti di Kediri, Bau-Bau.
Sudah lebih dari enam bulan Anda menjabat sebagai presiden direktur, tantangan apa yang dihadapi?
Setiap leader punya tantangan dan punya gaya masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Jadi untuk awal-awal mungkin karyawan sedang mencari tahu bagaimana menghadapi saya, bagaimana cara berkomunikasi tentang kerjaan dengan saya.
Jadi, tantangan paling besar adalah bagaimana kita sebagai seorang pemimpin bisa meyakinkan karyawan bahwa strategi-strategi yang kita lakukan itu adalah buat mereka juga. Namun, sejauh ini karyawan senang sebab komunikasi lebih lancar karena mungkin saya orang Indonesia yang bicara dengan menggunakan bahasa Indonesia sehingga teman-teman di sini jika ingin mengungkapkan perasaan dan ekspresi lebih terbuka.
Terobosan apa yang dilakukan?
Kami akan bangun perpustakan di seluruh Indonesia, seperti di Cirebon, Yogyakarta. Nantinya, akan ada program bagaimana cara meningkatkan minat baca ke murid-muridnya. Bukan hanya itu, kita juga akan mengajarkan bagaimana cara mengelola perpustakaan. Jadi, bukan hanya bangun fisiknya, tetapi bagaimana membuat dan mengajarkan guru agar anak didik bisa minat membaca.
Bisa diceritakan karier Anda sebelum bergabung dengan Sun Life?
Sebelum bergabung dengan Sun Life, saya pernah memegang berbagai jabatan senior dalam keagenan, pemasaran dan operasional di beberapa perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia. Saya sudah lebih dari dua dekade di industri asuransi. Di Sun Life saya sebelumnya menjabat Chief Distribution Officer sejak 2013.
Anda wanita pertama yang menjadi Presiden Direktur di Sun Life Indonesia, bagaimana perasaannya?
Sebetulnya waktu ditunjuk jadi Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia, saya butuh waktu untuk memutuskan mengambil posisi itu. Karena pada dasarnya yang saya rasakan lebih kepada moral obligation. Karena kan sebagai CEO berarti tanggung jawabnya lebih besar. Saya tidak takut dengan diri saya sendiri, karena kalau saya sendiri hanya tanggung jawabnya dengan diri sendiri.
Sebagai puncak pimpinan kita harus bertanggung jawab terhadap 600 karyawan. Selain itu, yang membuat saya butuh waktu untuk memikirkan adalah apakah ini benar yang diinginkan Tuhan buat saya. Dan, kalau ini benar amanah yang Tuhan kasih ke saya, maka saya yakin mampu melakukannya.
Ini juga membawa nama Indonesia karena saya presdir pertama Indonesia di Sun Life. Beruntung, dukungan dari teman-teman di sini sangat positif. Mereka akan mendukung saya, dukungan keluarga dan dukungan dari presdir sebelumnya juga mengatakan saya mampu.
Menurut pandangan Anda, apakah hakikat dari seorang leader?
Saya selalu katakan, beda saya dengan karyawan yakni hanya tanggung jawab. Jadi saya tidak ingin diperlakukan secara khusus, karena buat saya masing masing dari kita sama-sama punya kapasitas. Mungkin tanggung jawab saya lebih besar dari karyawan, jadi teman-teman tidak merasakan saya beda yang sebelum jadi CEO dan sesudah jadi CEO.
Seorang leader harus punya wawasan luas juga. Makanya, saya harus terus belajar dari teman-teman. Saya bukan tipikal orang yang malu buat belajar, kalau saya tidak paham akan sesuatu dan ada karyawan yang paham dan mengerti maka saya akan tanya ke mereka supaya saya bisa paham. Biasanya, kalau ada isu-isu yang baru, saya biasanya panggil area terkait dan kita secara bersama-sama bagaimana cara meng-handle dan cara menyelesaikan secara bersama-sama.
Bagaimana cara Anda memimpin?
Saya seorang yang demokratis dan terbuka. Saya selalu katakan bahwa karyawan yang menjalankan selalu lebih tahu dibandingkan atasan, maka dari itu saya meminta kepada teman-teman bersikap terbuka dengan saya. Apa yang menjadi kendala dalam pekerjaan, apa tantangannya, dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Saya juga selalu melakukan kegiatan Fun Gate Together bersama karyawan dengan tujuan mengakrabkan dan saling kekeluargaan. Jadi, setiap bulan kegiatan itu dilakukan dengan tema yang berbeda-beda. Setiap divisi memberikan temanya masing-masing, misalkan tema beach, movie day dan lain-lain. Di kegiatan Fun Gate Together tidak hanya have fun, namun ada juga bisnis update, menjelaskan apa yang sedang terjadi dan dihadapi di divisi masing-masing.
Apa mimpi yang belum terwujud?
Saya punya banyak mimpi, tapi yang pasti proses integrasi harus selesai. Selain itu, dari sisi teknologinya agen aplikasi harus selesai tahun ini. Produk-produk baru juga diharapkan bisa diluncurkan tahun ini. Dan, masih banyak lagi.
(dmd)