Wall Street Jatuh Terseret Penurunan Saham Energi
A
A
A
JAKARTA - Indeks saham Wall Street pada perdagangan kemarin waktu setempat berakhir melemah setelah data ekonomi China menunjukkan pelemahan dan Eropa masih dilanda kekhawatiran tentang propek pertumbuhan global. Sementara harga minyak dunia terus mengalami penurunan sejak awal pekan kemarin untuk menyeret saham energi.
Dilansir Reuters, Rabu (4/5/2016) pasar saham AS jatuh, meski Apple (AAPL.O) tercatat mengalami kenaikan 1,6% menjadi USD95,18, untuk menunjukkan kebangkitan usai mencetak kerugian dalam delapan sesi secara beruntun. Di sisi lain aktivitas pabrik-pabrik di China juga mengalami penyusutan selama 14 bulan ketiga permintaan stagnan.
Output manufaktur Inggris Raya juga menunjukkan pelemahan ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan harga minyak AS masih melemah 2,5% saat produksi produsen minyak asal Timur Tengah terus meningkat sehingga menimbulkan kecemasan soal pasokan global. Hal ini membuat indeks energi S&P (.SPNY), jatuh 2,2% menyebabkan penurunan pada indeks patokan.
Meski begitu pemulihan harga minyak mentah sempat membantu S & P 500 dari penurunan curam sejak awal tahun. "Kami punya reli yang bagus kemarin dan pada dasarnya masih akan mencoba hari ini. Pasar terjebak dalam penilaian ekuitas AS dan berita yang tidak selalu memberikan efek positif," terang Kepala Investasi Strategi Janney Montgomery, Mark Luschini.
Tercatat Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 140,25 poin atau 0,785 ke level 17.750,91 dan indeks S & P 500 (.SPX) kehilangan 18,06 poin atau 0,87% ke posisi 2.063,37. Sementara komposit Nasdaq (.IXIC) turun 54,37 poin atau 1,13% ke level 4.763,22.
Saham produsen mobil mayoritas mengalami pelemahan di tengah harapan penjualan untuk April bakal meningkat. Saham Ford (F.N) turun 1,4% menjadi USD13.43. Selain Apple, beberapa perusahaan kesehatan juga mencatat perbaikan yakni Pfizer (PFE.N) naik 2,7% di posisi USD33.70 setelah melaporkan kenaikan pendapatan kuartalan.
Sekitar 7,8 miliar saham bergerak pada perdagangan saham AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 7,1 juta selama 20 sesi perdagangan, menurut data Thomson Reuters.
Dilansir Reuters, Rabu (4/5/2016) pasar saham AS jatuh, meski Apple (AAPL.O) tercatat mengalami kenaikan 1,6% menjadi USD95,18, untuk menunjukkan kebangkitan usai mencetak kerugian dalam delapan sesi secara beruntun. Di sisi lain aktivitas pabrik-pabrik di China juga mengalami penyusutan selama 14 bulan ketiga permintaan stagnan.
Output manufaktur Inggris Raya juga menunjukkan pelemahan ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan harga minyak AS masih melemah 2,5% saat produksi produsen minyak asal Timur Tengah terus meningkat sehingga menimbulkan kecemasan soal pasokan global. Hal ini membuat indeks energi S&P (.SPNY), jatuh 2,2% menyebabkan penurunan pada indeks patokan.
Meski begitu pemulihan harga minyak mentah sempat membantu S & P 500 dari penurunan curam sejak awal tahun. "Kami punya reli yang bagus kemarin dan pada dasarnya masih akan mencoba hari ini. Pasar terjebak dalam penilaian ekuitas AS dan berita yang tidak selalu memberikan efek positif," terang Kepala Investasi Strategi Janney Montgomery, Mark Luschini.
Tercatat Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 140,25 poin atau 0,785 ke level 17.750,91 dan indeks S & P 500 (.SPX) kehilangan 18,06 poin atau 0,87% ke posisi 2.063,37. Sementara komposit Nasdaq (.IXIC) turun 54,37 poin atau 1,13% ke level 4.763,22.
Saham produsen mobil mayoritas mengalami pelemahan di tengah harapan penjualan untuk April bakal meningkat. Saham Ford (F.N) turun 1,4% menjadi USD13.43. Selain Apple, beberapa perusahaan kesehatan juga mencatat perbaikan yakni Pfizer (PFE.N) naik 2,7% di posisi USD33.70 setelah melaporkan kenaikan pendapatan kuartalan.
Sekitar 7,8 miliar saham bergerak pada perdagangan saham AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 7,1 juta selama 20 sesi perdagangan, menurut data Thomson Reuters.
(akr)