IHSG Diperkirakan Cenderung Tertekan
A
A
A
JAKARTA - Analis Reliance Securities Lanjar Nafi memperkirakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini masih cenderung bergerak mixed tertekan dengan range pergerakan 4.700-4.760.
Dia mengatakan, secara teknikal IHSG kembali terlihat terkonsolidasi pada area lower bollinger bands dengan bearish movement yang cukup tajam. "Pola bearish movement yang cukup tajam tersebut mendekati osilator oversold," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Dia menjelaskan, sentimen selanjutnya investor menanti data tingkat inflasi AS yang menjadi trigger kesehatan ekonomi AS. Lalu tingkat inflasi di zona Eropa dan malamnya pertemuan FOMC di AS.
Sementara IHSG kemarin bergerak mixed cenderung tertekan dengan ditutup -2,4 poin sebesar -0,05% dilevel 4.729,16 dengan volume moderate.
Emiten komoditas mayoritas mengalam penguatan seakan merefleksikan penguatan pada harga komoditas dunia. Sektor perbankkan tertekan menanti data pertumbuhan kredit yang menurut perkirakan kembali melambat di level 7,9% dari 8,2% periode sebelumnya.
"Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran investor mengenai prospek pertumbuhan pinjaman. Investor asing masih tercatat net sell sebesar Rp86,8 miliar," pungkasnya.
Dia mengatakan, secara teknikal IHSG kembali terlihat terkonsolidasi pada area lower bollinger bands dengan bearish movement yang cukup tajam. "Pola bearish movement yang cukup tajam tersebut mendekati osilator oversold," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Dia menjelaskan, sentimen selanjutnya investor menanti data tingkat inflasi AS yang menjadi trigger kesehatan ekonomi AS. Lalu tingkat inflasi di zona Eropa dan malamnya pertemuan FOMC di AS.
Sementara IHSG kemarin bergerak mixed cenderung tertekan dengan ditutup -2,4 poin sebesar -0,05% dilevel 4.729,16 dengan volume moderate.
Emiten komoditas mayoritas mengalam penguatan seakan merefleksikan penguatan pada harga komoditas dunia. Sektor perbankkan tertekan menanti data pertumbuhan kredit yang menurut perkirakan kembali melambat di level 7,9% dari 8,2% periode sebelumnya.
"Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran investor mengenai prospek pertumbuhan pinjaman. Investor asing masih tercatat net sell sebesar Rp86,8 miliar," pungkasnya.
(dmd)