Negara-negara Kaya Ini Akhirnya Berutang Juga
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, beberapa negara yang sempat menjadi negara paling kaya karena bonanza minyak, sekarang harus menerima kenyataan pahit. Mereka harus berutang.
Salah satunya Arab Saudi, yang tadinya merupakan salah satu negara dengan anggaran negara yang selalu surplus.
Akibat dari harga minyak yang terus menukik hingga USD30 per barel, mengakibatkan penerimaan negara tersebut menurun drastis. Defisit anggaran Arab Saudi, kata Bambang pada tahun ini menembus 20% di atas Product Domestic Bruto (PDB).
(Baca: Resep Menkeu Bambang supaya Negara Tidak Berutang Terus)
"Dengan kondisi tersebut, akhirnya Arab Saudi menerbitkan surat utang untuk tutupi belanja. Padahal sebelumnya mereka enggak pernah utang," katanya, Senin, (23/5/2016).
Hal lainnya juga menimpa Australia. Negeri Kangguru harus menerima kenyataan buruk menyusul jatuhnya harga komoditas tambang sejak beberapa tahun belakangan ini. Alhasil defisit anggaran Australia mencapai 2,5% dari PDB.
"Sejak harga komoditas turun baik ekspor maupun impornya, Australia, yang biasanya surplus, terus sekarang anjlok. Mereka defisit anggarannya sampai 2,5% dari PDB," tutupnya.
Salah satunya Arab Saudi, yang tadinya merupakan salah satu negara dengan anggaran negara yang selalu surplus.
Akibat dari harga minyak yang terus menukik hingga USD30 per barel, mengakibatkan penerimaan negara tersebut menurun drastis. Defisit anggaran Arab Saudi, kata Bambang pada tahun ini menembus 20% di atas Product Domestic Bruto (PDB).
(Baca: Resep Menkeu Bambang supaya Negara Tidak Berutang Terus)
"Dengan kondisi tersebut, akhirnya Arab Saudi menerbitkan surat utang untuk tutupi belanja. Padahal sebelumnya mereka enggak pernah utang," katanya, Senin, (23/5/2016).
Hal lainnya juga menimpa Australia. Negeri Kangguru harus menerima kenyataan buruk menyusul jatuhnya harga komoditas tambang sejak beberapa tahun belakangan ini. Alhasil defisit anggaran Australia mencapai 2,5% dari PDB.
"Sejak harga komoditas turun baik ekspor maupun impornya, Australia, yang biasanya surplus, terus sekarang anjlok. Mereka defisit anggarannya sampai 2,5% dari PDB," tutupnya.
(ven)