Aprindo: Operasi Pasar Itu Menyesatkan!
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta mengatakan kegiatan operasi pasar yang dilakukan pemerintah jelang Idul Fitri merupakan kegiatan yang tidak mendidik. Teori operasi pasar yang selama ini diusung pemerintah dalam menyediakan harga murah dianggap menyesatkan.
Tutum menjelaskan di saat harga sedang naik, kemudian pemerintah mencari pedagang yang menjual harga rugi untuk kemudian dijual ke masyarakat dengan harga rendah. "Itu menyesatkan. Tidak mendidik yang namanya operasi pasar itu. Siapun jual harga rugi ya pasti dibeli orang," kata Tutum di kantor CORE, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Tutum menambahkan pihaknya bertahun-tahun membangun pasar kemudian dalam sekejap harga naik dan pemerintah ingin stabilkan harga yang gagal di pasar dengan membanting murah. Itu jelas sangat merugikan pedagang baik di pasar ritel maupun tradisioal.
"Kami sudah lama membangun pasar dan dalam sekejap harga naik kemudian pemerintah mau stabilkan harga yang gagal pasar. Dan kami dihantam dengan dijualnya harga murah. Padahal harga dipasok dan kami hanya ingin cari margin," kata dia.
Tutum kemudian mengatakan ini merupakan politik negara yang susah. Sama saja dengan menghantam pedagang secara perlahan. (Baca: CORE Prediksi Inflasi Jelang Idul Fitri Bisa Mencapai 1%)
"Saya dagang lama tapi teraniaya karena seringnya operasi pasar itu. Ini penyakit kronis dalam tubuh kita yang ditempel koyok panas disangka hilang padahal belum dan balik lagi rasa sakitnya. Ini yang kemudian dipakai oleh menteri-menteri," katanya.
Tutum menjelaskan di saat harga sedang naik, kemudian pemerintah mencari pedagang yang menjual harga rugi untuk kemudian dijual ke masyarakat dengan harga rendah. "Itu menyesatkan. Tidak mendidik yang namanya operasi pasar itu. Siapun jual harga rugi ya pasti dibeli orang," kata Tutum di kantor CORE, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Tutum menambahkan pihaknya bertahun-tahun membangun pasar kemudian dalam sekejap harga naik dan pemerintah ingin stabilkan harga yang gagal di pasar dengan membanting murah. Itu jelas sangat merugikan pedagang baik di pasar ritel maupun tradisioal.
"Kami sudah lama membangun pasar dan dalam sekejap harga naik kemudian pemerintah mau stabilkan harga yang gagal pasar. Dan kami dihantam dengan dijualnya harga murah. Padahal harga dipasok dan kami hanya ingin cari margin," kata dia.
Tutum kemudian mengatakan ini merupakan politik negara yang susah. Sama saja dengan menghantam pedagang secara perlahan. (Baca: CORE Prediksi Inflasi Jelang Idul Fitri Bisa Mencapai 1%)
"Saya dagang lama tapi teraniaya karena seringnya operasi pasar itu. Ini penyakit kronis dalam tubuh kita yang ditempel koyok panas disangka hilang padahal belum dan balik lagi rasa sakitnya. Ini yang kemudian dipakai oleh menteri-menteri," katanya.
(ven)