Akhir Tahun, Mandiri Kembangkan Agen Laku Pandai di Timor Leste
A
A
A
MATARAM - Perbankan terus menganalisa kawasan timur Indonesia demi mengembangkan bisnis. Bank Mandiri mengaku siap mengembangkan agen laku pandai di Dili, Timor Leste, di akhir tahun 2016.
Director Digital Banking and Technology Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans mengatakan pihaknya terus mengembangkan kawasan baru untuk penetrasi agen laku pandai. Pendirian agen bank untuk financial inclusion sekaligus menjadi langkah efisiensi jaringan. Namun pihaknya tidak ingin gegabah memilih banyak daerah untuk agen laku pandai.
“Kami tidak ingin mengembangkan agen laku pandai di seluruh daerah di Indonesia. Namun kami pilih kantong-kantong yang berpotensi untuk dimasuki agen laku pandai. Di kawasan timur, kami ingin masuk ke Dili di akhir tahun ini,” ujar Rico di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (21/6/2016).
Dirinya mengaku telah mendapatkan izin dari otoritas jasa keuangan untuk mengembangkan agen laku pandai di Dili, Timor Leste. Saat ini juga pihaknya juga telah mengembangkan branchless banking di Manado, Sulawesi Utara. Sebelumnya perseroan telah mengembangkan layanan branchless banking di beberapa lokasi di Indonesia. Layanan ini terbukti dapat memberikan layanan keuangan yang mudah dan terjangkau bagi masyarakat, khususnya segmen “unbanked”.
“Kota Dili berpotensi dikembangkan karena banyak pensiunan di sana. Dengan branchless banking, masyarakat yang berada di wilayah terpencil tidak perlu jauh-jauh datang ke kantor cabang bank. Cukup datang ke agen Bank Mandiri atau melakukan transaksi keuangan sendiri melalui mobile phone,” lanjutnya.
Mandiri menggandeng operator komunikasi lokal, Telkomcel untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat, menjelaskan manfaat dan cara menggunakan layanan ini serta merekrut calon agen-agen bank. “Harapannya, kami bisa merekrut sekitar 100 agen bank di Timor Leste sampai akhir tahun ini,” ujarnya.
Bank Mandiri secara total juga menargetkan akan memiliki 28.000 agen di akhir tahun 2016. Saat ini, Bank Mandiri memiliki 18.000 agen per Mei 2016 untuk keterbukaan akses layanan perbankan. Nah, sekitar 40% agen ini merupakan agen individu atau perorangan, sisanya adalah agen dengan status badan hukum.
Ke depan, Mandiri akan menambah jumlah agen yang berstatus individu dan berbadan hukum. Misalnya, agen individu menjadi sasaran karena mereka memiliki pangsa pasar nasabah dari komunitas. Tentunya, individu yang ingin menjadi agen harus menjadi nasabah Bank Mandiri dan masa pendidikan untuk tetap menjaga kehati-hatian dan perlindungan konsumen.
Selain Timor Leste, adalah Papua karena wilayah ini minim pendirian kantor cabang. Sedangkan, wilayah yang paling banyak berdiri agen-agen perbankan adalah Jawa dan Sumatera.
Rico mengharapkan, penambahan jumlah agen di berbagai wilayah akan meningkatkan jumlah nasabah mikro ini. Bank Mandiri menargetkan akan menjaring nasabah financial inclusion hingga 1,8 juta nasabah di akhir tahun dari posisi 1,2 juta nasabah financial inclusion per Mei 2016. "Nasabah ini terdiri dari nasabah LKD dan Laku Pandai," tambahnya.
Data dari Bank Mandiri Dili Timor-Leste, hingga akhir Desember 2015 untuk DPK yang terhimpun mencapai lebih dari USD 239 ribu dari 4.471 rekening giro, 39.049 rekening tabungan, serta 236 rekening deposito. Perseroan juga telah menempatkan 15 ATM di seluruh Timor Leste untuk melayani transaksi nasabah.
Pengembangan layanan di Timor Leste didasarkan pada besarnya potensi retail ecosystem yang ada, khususnya untuk sistem pembayaran dimana penggunaan uang tunai masih cukup dominan. “Langkah ini juga sejalan dengan Corporate Plan perseroan untuk memfokuskan pada pengembangan bisnis retail payment,” jelasnya.
Director Digital Banking and Technology Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans mengatakan pihaknya terus mengembangkan kawasan baru untuk penetrasi agen laku pandai. Pendirian agen bank untuk financial inclusion sekaligus menjadi langkah efisiensi jaringan. Namun pihaknya tidak ingin gegabah memilih banyak daerah untuk agen laku pandai.
“Kami tidak ingin mengembangkan agen laku pandai di seluruh daerah di Indonesia. Namun kami pilih kantong-kantong yang berpotensi untuk dimasuki agen laku pandai. Di kawasan timur, kami ingin masuk ke Dili di akhir tahun ini,” ujar Rico di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (21/6/2016).
Dirinya mengaku telah mendapatkan izin dari otoritas jasa keuangan untuk mengembangkan agen laku pandai di Dili, Timor Leste. Saat ini juga pihaknya juga telah mengembangkan branchless banking di Manado, Sulawesi Utara. Sebelumnya perseroan telah mengembangkan layanan branchless banking di beberapa lokasi di Indonesia. Layanan ini terbukti dapat memberikan layanan keuangan yang mudah dan terjangkau bagi masyarakat, khususnya segmen “unbanked”.
“Kota Dili berpotensi dikembangkan karena banyak pensiunan di sana. Dengan branchless banking, masyarakat yang berada di wilayah terpencil tidak perlu jauh-jauh datang ke kantor cabang bank. Cukup datang ke agen Bank Mandiri atau melakukan transaksi keuangan sendiri melalui mobile phone,” lanjutnya.
Mandiri menggandeng operator komunikasi lokal, Telkomcel untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat, menjelaskan manfaat dan cara menggunakan layanan ini serta merekrut calon agen-agen bank. “Harapannya, kami bisa merekrut sekitar 100 agen bank di Timor Leste sampai akhir tahun ini,” ujarnya.
Bank Mandiri secara total juga menargetkan akan memiliki 28.000 agen di akhir tahun 2016. Saat ini, Bank Mandiri memiliki 18.000 agen per Mei 2016 untuk keterbukaan akses layanan perbankan. Nah, sekitar 40% agen ini merupakan agen individu atau perorangan, sisanya adalah agen dengan status badan hukum.
Ke depan, Mandiri akan menambah jumlah agen yang berstatus individu dan berbadan hukum. Misalnya, agen individu menjadi sasaran karena mereka memiliki pangsa pasar nasabah dari komunitas. Tentunya, individu yang ingin menjadi agen harus menjadi nasabah Bank Mandiri dan masa pendidikan untuk tetap menjaga kehati-hatian dan perlindungan konsumen.
Selain Timor Leste, adalah Papua karena wilayah ini minim pendirian kantor cabang. Sedangkan, wilayah yang paling banyak berdiri agen-agen perbankan adalah Jawa dan Sumatera.
Rico mengharapkan, penambahan jumlah agen di berbagai wilayah akan meningkatkan jumlah nasabah mikro ini. Bank Mandiri menargetkan akan menjaring nasabah financial inclusion hingga 1,8 juta nasabah di akhir tahun dari posisi 1,2 juta nasabah financial inclusion per Mei 2016. "Nasabah ini terdiri dari nasabah LKD dan Laku Pandai," tambahnya.
Data dari Bank Mandiri Dili Timor-Leste, hingga akhir Desember 2015 untuk DPK yang terhimpun mencapai lebih dari USD 239 ribu dari 4.471 rekening giro, 39.049 rekening tabungan, serta 236 rekening deposito. Perseroan juga telah menempatkan 15 ATM di seluruh Timor Leste untuk melayani transaksi nasabah.
Pengembangan layanan di Timor Leste didasarkan pada besarnya potensi retail ecosystem yang ada, khususnya untuk sistem pembayaran dimana penggunaan uang tunai masih cukup dominan. “Langkah ini juga sejalan dengan Corporate Plan perseroan untuk memfokuskan pada pengembangan bisnis retail payment,” jelasnya.
(ven)