Bertemu Pengusaha Korsel, Pelindo IV Ajak Kembangkan Kalimantan Timur
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Pelindo IV, Doso Agung mengungkapkan, Indonesia Timur kaya akan potensi ekonomi. Sayangnya kawasan ini minim konektivitas.
Hal itu dikatakan Doso Agung pada pertemuan bisnis dialog kemaritiman Korea-Indonesia bertajuk “Preparatory Meeting on Bilateral Maritime Dialogue Republic of Indonesia or Korea” di Balikpapan, Kalimantan Timur, 21–22 Juli 2016. Acara dihadiri oleh pengusaha dan perwakilan kedua negara yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan, serta kerja sama Korea dan Indonesia.
Lebih lanjut Doso Agung mengemukakan, kondisi tersebut sebagai konsekuensi strategi pembangunan Indonesia masa lalu yang berorientasi Jawa sentris. “Kebijakan itu mengakibatkan pembangunan ekonomi sektor industri dan jasa, beserta infrastruktur logistiknya terpusat di Jawa dan sekitarnya,” katanya, Jumat (22/7/2016).
Fenomena tersebut dapat dilihat dari kondisi pelabuhan umum (public port) di Indonesia Timur yang hampir seluruhnya berstatus dalam negeri atau antarpulau. Mengingat tidak ada pelabuhan umum yang mampu melakukan ekspor-impor secara langsung.
Dikatakannya, kegiatan ekspor/impor dilakukan melalui pelabuhan/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang dioperasikan oleh masing-masing perusahaan guna memenuhi kebutuhan sendiri. Umumnya berupa produk hasil pertambangan dan migas.
Sementara kegiatan bongkar muat barang umum yang bersifat konsumsi masyarakat dan produk perdagangan nontambang dilakukan hanya sebatas antarpulau. Aktivitas ekspor/impornya tetap dilakukan melalui Jakarta, Surabaya atau Semarang.
Hal ini berdampak biaya logistik yang tinggi akibat beberapa kali handling atau bongkar muat. Dan alih kapal serta lamanya waktu komoditi sampai di negara tujuan ekspor.
Dihadapan para pengusaha Korea Selatan ini, Doso Agung menawarkan kepada perusahaan Korea untuk ambil bagian pada program direct call (pengapalan langsung) kargo ekspor dari Kalimantan Timur. Saat ini program sedang dipersiapkan oleh Pelindo IV menyusul keberhasilan direct call melalui Makassar di awal 2016.
Melalui direct call, Doso Agung berkeyakinan akan mampu dilakukan penghematan biaya alih muat kapal dan handling peti kemas minimal USD200 per kontainer. Sedangkan lama waktu perjalanan 7–12 hari kedatangan kargo di negara-negara tujuan ekspor dimaksud.
Minister Counseller Korea Selatan, Kimchang Yun menyambut baik penawaran Dirut Pelindo IV tersebut. Dia berjanji segera mengumpulkan para pengusaha Korea untuk berinvestasi di Balikpapan dan wilayah Indonesia lainnya.
Bahkan dalam waktu dekat rombongan Kadin Korea Selatan ini meminta waktu bertemu khusus Dirut Pelindo IV. Tujuannya mendalami kerja sama, khususnya pelayaran langsung direct call.
Hal itu dikatakan Doso Agung pada pertemuan bisnis dialog kemaritiman Korea-Indonesia bertajuk “Preparatory Meeting on Bilateral Maritime Dialogue Republic of Indonesia or Korea” di Balikpapan, Kalimantan Timur, 21–22 Juli 2016. Acara dihadiri oleh pengusaha dan perwakilan kedua negara yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan, serta kerja sama Korea dan Indonesia.
Lebih lanjut Doso Agung mengemukakan, kondisi tersebut sebagai konsekuensi strategi pembangunan Indonesia masa lalu yang berorientasi Jawa sentris. “Kebijakan itu mengakibatkan pembangunan ekonomi sektor industri dan jasa, beserta infrastruktur logistiknya terpusat di Jawa dan sekitarnya,” katanya, Jumat (22/7/2016).
Fenomena tersebut dapat dilihat dari kondisi pelabuhan umum (public port) di Indonesia Timur yang hampir seluruhnya berstatus dalam negeri atau antarpulau. Mengingat tidak ada pelabuhan umum yang mampu melakukan ekspor-impor secara langsung.
Dikatakannya, kegiatan ekspor/impor dilakukan melalui pelabuhan/Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang dioperasikan oleh masing-masing perusahaan guna memenuhi kebutuhan sendiri. Umumnya berupa produk hasil pertambangan dan migas.
Sementara kegiatan bongkar muat barang umum yang bersifat konsumsi masyarakat dan produk perdagangan nontambang dilakukan hanya sebatas antarpulau. Aktivitas ekspor/impornya tetap dilakukan melalui Jakarta, Surabaya atau Semarang.
Hal ini berdampak biaya logistik yang tinggi akibat beberapa kali handling atau bongkar muat. Dan alih kapal serta lamanya waktu komoditi sampai di negara tujuan ekspor.
Dihadapan para pengusaha Korea Selatan ini, Doso Agung menawarkan kepada perusahaan Korea untuk ambil bagian pada program direct call (pengapalan langsung) kargo ekspor dari Kalimantan Timur. Saat ini program sedang dipersiapkan oleh Pelindo IV menyusul keberhasilan direct call melalui Makassar di awal 2016.
Melalui direct call, Doso Agung berkeyakinan akan mampu dilakukan penghematan biaya alih muat kapal dan handling peti kemas minimal USD200 per kontainer. Sedangkan lama waktu perjalanan 7–12 hari kedatangan kargo di negara-negara tujuan ekspor dimaksud.
Minister Counseller Korea Selatan, Kimchang Yun menyambut baik penawaran Dirut Pelindo IV tersebut. Dia berjanji segera mengumpulkan para pengusaha Korea untuk berinvestasi di Balikpapan dan wilayah Indonesia lainnya.
Bahkan dalam waktu dekat rombongan Kadin Korea Selatan ini meminta waktu bertemu khusus Dirut Pelindo IV. Tujuannya mendalami kerja sama, khususnya pelayaran langsung direct call.
(ven)