Menperin Airlangga Tantang Industri Furnitur Kembangkan Usaha ke Luar Jawa
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melontarkan tantangan kepada pelaku industri furnitur dan kerajinan nasional lainnya, untuk mengembangkan usaha ke luar Pulau Jawa. Hal ini demi mendekatkan diri terhadap pusat bahan baku sehingga mendorong efisiensi produksi. Tujuan utamanya pemerataan industri dalam menumbuhkan ekonomi daerah.
“Daya saing industri furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah. Selama ini pasokan bahan baku berasal dari Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera,” tuturnya usai Pengukuhan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Industri Mebel dan Kerajian Indonesia (HIMKI) di Kementerian Perindustrian pada Kamis (28/7/2016).
Bahkan, Menperin juga meminta pelaku industri untukmembangun usahanya hingga ke daerah-daerah perbatasan sehingga mendekati pasar ekspor dan mengurangi kesenjangan ekonomi. "Jadi, lima tahun ke depan harus tersebar ke luar Jawa. Wilayah kita luas, jangan sampai terjadi ketimpangan di daerah perbatasan," tegas Airlangga.
Selain didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku berupa kayu, rotan, bambu dan bahan alami lainnya, potensi pengembangan daya saing industri furnitur dan kerajinan di Indonesia ditopang oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta SDM kompeten.
Karena itu, Menperin menilai, industri furnitur dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas karena mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global. “Selain itu, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan,” tuturnya.
Perkembangan industri furnitur nasional mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Secara total pada tahun 2013,nilai ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai USD1,8 miliar dan meningkat menjadi USD1,9 miliar tahun 2014.Sedangkan tahun 2015 menjadi USD2 miliar. “Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai USD5 miliar,” ungkap Airlangga.
Menperin juga menekankan, dalam upaya mendorong pengembangan industri furnitur dan kerajinan nasional, diperlukan sinergi kebijakan untuk mewujudkan Indonesia incorporated, khususnya di seluruh mata rantai industri furnitur dankerajinan.
Selanjutnya, para pelaku industri furnitur dan kerajinan dituntut harus memiliki militansi dan nasionalisme dalam artian ulet, tangguh dan pantang menyerah serta mengutamakankepentingan nasional dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
“Dalam menciptakan inovasi dan kualitas perlu didukung kegiatan penelitian dan pengembangan yang kuat terutama dibidang desain, teknik produksi dan teknik finishing, karena hal itu yang menjadi ujung tombak daya saing industri,” tutupnya.
“Daya saing industri furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah. Selama ini pasokan bahan baku berasal dari Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera,” tuturnya usai Pengukuhan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Industri Mebel dan Kerajian Indonesia (HIMKI) di Kementerian Perindustrian pada Kamis (28/7/2016).
Bahkan, Menperin juga meminta pelaku industri untukmembangun usahanya hingga ke daerah-daerah perbatasan sehingga mendekati pasar ekspor dan mengurangi kesenjangan ekonomi. "Jadi, lima tahun ke depan harus tersebar ke luar Jawa. Wilayah kita luas, jangan sampai terjadi ketimpangan di daerah perbatasan," tegas Airlangga.
Selain didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku berupa kayu, rotan, bambu dan bahan alami lainnya, potensi pengembangan daya saing industri furnitur dan kerajinan di Indonesia ditopang oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta SDM kompeten.
Karena itu, Menperin menilai, industri furnitur dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas karena mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global. “Selain itu, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan,” tuturnya.
Perkembangan industri furnitur nasional mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Secara total pada tahun 2013,nilai ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai USD1,8 miliar dan meningkat menjadi USD1,9 miliar tahun 2014.Sedangkan tahun 2015 menjadi USD2 miliar. “Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai USD5 miliar,” ungkap Airlangga.
Menperin juga menekankan, dalam upaya mendorong pengembangan industri furnitur dan kerajinan nasional, diperlukan sinergi kebijakan untuk mewujudkan Indonesia incorporated, khususnya di seluruh mata rantai industri furnitur dankerajinan.
Selanjutnya, para pelaku industri furnitur dan kerajinan dituntut harus memiliki militansi dan nasionalisme dalam artian ulet, tangguh dan pantang menyerah serta mengutamakankepentingan nasional dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
“Dalam menciptakan inovasi dan kualitas perlu didukung kegiatan penelitian dan pengembangan yang kuat terutama dibidang desain, teknik produksi dan teknik finishing, karena hal itu yang menjadi ujung tombak daya saing industri,” tutupnya.
(ven)