PM Malaysia: Brexit Tidak Pengaruhi Ekonomi Negara Muslim

Selasa, 02 Agustus 2016 - 15:40 WIB
PM Malaysia: Brexit...
PM Malaysia: Brexit Tidak Pengaruhi Ekonomi Negara Muslim
A A A
JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak mengemukakan bahwa keputusan Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa (Brexit) tidak terlalu berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara muslim di dunia. Hal tersebut dikatakannya dalam acara The 12th World Islamic Economic Forum (WIEF) 2016 yang diadakan di Jakarta Convention Center alias JCC.

Dia mengatakan, secara umum Brexit memang berdampak pada kondisi ekonomi global, khususnya terhadap kondisi ekonomi di Eropa. Apalagi, banyak anggota Uni Eropa yang pada dasarnya belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi global pada 2008.

"Banyak anggota Uni Eropa belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi global tahun 2008. Sekarang ada ketidakpastian baru, mereka harus siap untuk beradaptasi dengan hal tersebut," katanya di JCC, Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Razak menilai, laju pemulihan ekonomi di Eropa sejak 2008 terbilang cukup lamban. Dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Zona Euro masih di bawah tingkat pertumbuhannya saat sebelum krisis. Selain itu, euro juga cukup terpuruk saat terjadi quantitative easing di Amerika Serikat (AS).

"Uni Eropa sangat tertekan dengan pelonggaran suku bunga yang dilakukan The Fed," imbuh dia. (Baca: Ketua WIEF Sebut Strategi Pembangunan RI Ambisius)

Sebaliknya, Brexit tidak terlalu berisiko bagi negara-negara muslim. Sebab, ekonomi muslim dunia selama dua tahun terakhir telah menunjukkan performa yang bagus, dengan tumbuh hampir dua kali lipat dari ekonomi global. "Belanja konsumen muslim pun diperkirakan akan mencapai USD2,6 triliun pada 2020," imbuh dia.

Tak hanya itu, Razak juga menilai bahwa kondisi ekonomi negara ASEAN juga tidak terlalu terpengaruh dengan perceraian antaran Uni Eropa dan Inggris. Karena, pertumbuhan PDB di ASEAN cukup tinggi yaitu 4,5% pada tahun lalu.

"Bahkan, meskipun ada ketidakpastian global, ekonomi negara ASEAN diperkirakan tumbuh sedikit lebih tinggi pada tahun 2016. Wilayah ini telah menjadi pusat global utama untuk manufaktur dan perdagangan, juga salah satu pasar konsumen yang paling cepat berkembang di dunia," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0936 seconds (0.1#10.140)