BI Puji Capaian Inflasi 3,35% di 2015
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Maetowardojo mengatakan, capaian inflasi secara year on year (YoY) di tahun 2015 lalu diharapkan bisa diteruskan untuk tahun ini. Secara full year, inflasinya mencapai 3,35% dan berada pada rentan yang menjadi sasaran pemerintah yakni 4 plus minus 1%.
(Baca Juga: Angka Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Jadi Sarapan Pagi Jokowi)
Agus memuji, capaian ini merupakan hasil dari kerja keras dan kerja sama dari pemerintah dan pemerintah daerah (pemda) dalam upayanya menjaga harga dari volatile food dan beberapa komoditi yang memang menunjang inflasi.
"Kami mengapresiasi upaya pemerintah dan pemda terutama dalam kebijakan peningkatan produksi dan pengelolaan distribusi pangan sehingga volatile food bisa terjaga di angka 4,84% secara year on year," kata dia di Hotel Grand Sahid Jakarta, dalam Rakornas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Kamis (4/8/2016).
(Baca Juga: Gelar Rakornas TPID, Pusat dan Pemda Perkuat Sinergi Jaga Inflasi)
Angka tersebut, ungkapnya jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang sebesar 10,88%, bahkan dibanding rata-rata histrois selama 4 tahun terakhir mencapai 7,49%.
"Program pemerintah yang bisa mengendalikan ini kami pandang efektif, seperti reformasi subsidi energi sejak 2014. Pembukaan lahan pertanian baru yang diinisiasi oleh Kementan, sinergi program maritim dari Kemendag dengan tol laut yang diinisiasi Menhub dan pembangunan waduk infrastruktur jalan oleh MenPUPR serta berbagai upaya deregulasi kebijakan," jelasnya.
Selain itu lanjut dia, program di daerah juga membantu persoalan harga jangka pendek ataupun struktural. Dia mencontohkan seperti di Aceh yakni optimalisasi tempat pelelangan ikan dan memperkuat media penyimpanan dengan cold storage, kemudian di Jawa Timur yang menjadi distributor bahan pangan.
"TPDI juga berhasil mengefisiensikan rantai komoditi yang juga menunjang inflasi seperti cabai merah, kerja sama pasokan daging sapi dari NTT ke Jakarta yang memanfaatkan tol laut dan langkah pemerintah di Pangkal Pinang dengan menghapus Perda yang kurang mendukung untuk keterjangkauan harga," tutup dia.
(Baca Juga: Angka Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Jadi Sarapan Pagi Jokowi)
Agus memuji, capaian ini merupakan hasil dari kerja keras dan kerja sama dari pemerintah dan pemerintah daerah (pemda) dalam upayanya menjaga harga dari volatile food dan beberapa komoditi yang memang menunjang inflasi.
"Kami mengapresiasi upaya pemerintah dan pemda terutama dalam kebijakan peningkatan produksi dan pengelolaan distribusi pangan sehingga volatile food bisa terjaga di angka 4,84% secara year on year," kata dia di Hotel Grand Sahid Jakarta, dalam Rakornas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Kamis (4/8/2016).
(Baca Juga: Gelar Rakornas TPID, Pusat dan Pemda Perkuat Sinergi Jaga Inflasi)
Angka tersebut, ungkapnya jauh lebih rendah dari tahun 2014 yang sebesar 10,88%, bahkan dibanding rata-rata histrois selama 4 tahun terakhir mencapai 7,49%.
"Program pemerintah yang bisa mengendalikan ini kami pandang efektif, seperti reformasi subsidi energi sejak 2014. Pembukaan lahan pertanian baru yang diinisiasi oleh Kementan, sinergi program maritim dari Kemendag dengan tol laut yang diinisiasi Menhub dan pembangunan waduk infrastruktur jalan oleh MenPUPR serta berbagai upaya deregulasi kebijakan," jelasnya.
Selain itu lanjut dia, program di daerah juga membantu persoalan harga jangka pendek ataupun struktural. Dia mencontohkan seperti di Aceh yakni optimalisasi tempat pelelangan ikan dan memperkuat media penyimpanan dengan cold storage, kemudian di Jawa Timur yang menjadi distributor bahan pangan.
"TPDI juga berhasil mengefisiensikan rantai komoditi yang juga menunjang inflasi seperti cabai merah, kerja sama pasokan daging sapi dari NTT ke Jakarta yang memanfaatkan tol laut dan langkah pemerintah di Pangkal Pinang dengan menghapus Perda yang kurang mendukung untuk keterjangkauan harga," tutup dia.
(akr)