Pengamat Puji Kejujuran Sri Mulyani soal Kondisi Ekonomi RI
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Energi dari Energy Watch Ferdinand Hutahaen mengapresiasi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yang bersikap rasional terhadap penerimaan dan pendapatan negara.
Menurutnya, Sri Mulyani mampu jujur pada saat beberapa menteri mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sedang baik-baik saja. Selain itu, anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) yang saat ini dipangkas Rp133,8 triliun bukan tanpa alasan. Namun, hal ini untuk penghematan negara guna membiayai proyek-proyek prioritas.
"Saya mengacungkan jempol kepada ibu Sri Mulyani yang memecah kebuntuan itu, di mana beberapa menteri selalu bilang oh kita dalam kondisi yang baik-baik saja, terus ekonomi kita bagus. Padahal, tidak sesuai dengan realitas," katanya di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (7/8/3016).
Ferdinand mengatakan, pada kenyataannya Indonesia sedang tidak sehat dan serba prihatin meski pertumbuhan ekonomi sempat membaik hampir 5,2%. Meski demikian, penerimaan di sektor migas dan eksim juga masih negatif.
"Negara kita ini kan, saya katakan sedang tidak sehat, kondisinya memprihatinkan semuan penerimaan negara anjlok, dari sektor migas itu anjlok, menurun semua. Akhirnya harus diakui, kemampuan keuangan negara kita sangat terbatas, dan harus disesuaikan dengan target kedepannya. Jangan kita berniat membangun tembok babylon tapi kita baru sanggup bangun tembok satu meter saja," kata dia.
Jadi, lanjut Ferdinand, rasionalitas pemerintah sangat diperlukan untuk berbicara jujur kepada publik soal kondisi ekonomi yang ada saat ini. Bukan hanya Sri Mulyani yang harus bicara jujur, tapi semua menteri juga harus rasional.
"Jadi rasionalitas pemerintah diperlukan sekali. Ini menjadi moment pemerintah untuk bicara jujur kepada publik kita mau apa kedepannya," pungkasnya.
Menurutnya, Sri Mulyani mampu jujur pada saat beberapa menteri mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sedang baik-baik saja. Selain itu, anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) yang saat ini dipangkas Rp133,8 triliun bukan tanpa alasan. Namun, hal ini untuk penghematan negara guna membiayai proyek-proyek prioritas.
"Saya mengacungkan jempol kepada ibu Sri Mulyani yang memecah kebuntuan itu, di mana beberapa menteri selalu bilang oh kita dalam kondisi yang baik-baik saja, terus ekonomi kita bagus. Padahal, tidak sesuai dengan realitas," katanya di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (7/8/3016).
Ferdinand mengatakan, pada kenyataannya Indonesia sedang tidak sehat dan serba prihatin meski pertumbuhan ekonomi sempat membaik hampir 5,2%. Meski demikian, penerimaan di sektor migas dan eksim juga masih negatif.
"Negara kita ini kan, saya katakan sedang tidak sehat, kondisinya memprihatinkan semuan penerimaan negara anjlok, dari sektor migas itu anjlok, menurun semua. Akhirnya harus diakui, kemampuan keuangan negara kita sangat terbatas, dan harus disesuaikan dengan target kedepannya. Jangan kita berniat membangun tembok babylon tapi kita baru sanggup bangun tembok satu meter saja," kata dia.
Jadi, lanjut Ferdinand, rasionalitas pemerintah sangat diperlukan untuk berbicara jujur kepada publik soal kondisi ekonomi yang ada saat ini. Bukan hanya Sri Mulyani yang harus bicara jujur, tapi semua menteri juga harus rasional.
"Jadi rasionalitas pemerintah diperlukan sekali. Ini menjadi moment pemerintah untuk bicara jujur kepada publik kita mau apa kedepannya," pungkasnya.
(izz)