Rupiah Terapresiasi 4,7% hingga Juli 2016
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus menunjukkan performa. Rupiah hingga Juli 2016 tercatat menguat atau terapresiasi 4,7%.
Menurutnya, penguatan nilai tukar mata uang Garuda tersebut didorong mulai meningkatnya kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi Tanah Air. Akibatnya, rupiah terus mengalami penguatan seiring terjaganya angka inflasi pada level rendah, serta defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang terus menurun.
"Setelah mengalami depresiasi pada 2014, rupiah membuat perubahan di September 2015 dan melanjutkan tren penguatan di 2016. Sampai minggu pertama Juli 2016, rupiah menguat sekitar 4,7% dan menyentuh level Rp13.117/USD," tuturnya di Gedung BI, Jakarta, Senin (8/8/2016).
Sementara, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, terdongkraknya nilai tukar mata uang Garuda disebabkan karena aliran dana yang masuk (capital inflow) semakin deras. Tercatat, capital inflow yang masuk pada pekan lalu mencapai Rp130 triliun.
Derasnya aliran dana yang masuk tersebut salah satunya dipengaruhi program pengampunan pajak (tax amnesty) yang diimplementasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak Juli 2016. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate) yang kenaikannya tidak terlalu besar.
"Minggu lalu sekitar Rp130 triliun, angka persisnya harus saya cek tapi aliran dana masuk terus masuk. Banyak faktor (capital inflow) Fed Rate naik tidak tinggi, penempatan investasi Indonesia termasuk yang menarik bukan hanya suku bunga tapi juga prospek ekonomi dan aliran Tax Amnesty," tandasnya.
Menurutnya, penguatan nilai tukar mata uang Garuda tersebut didorong mulai meningkatnya kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi Tanah Air. Akibatnya, rupiah terus mengalami penguatan seiring terjaganya angka inflasi pada level rendah, serta defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang terus menurun.
"Setelah mengalami depresiasi pada 2014, rupiah membuat perubahan di September 2015 dan melanjutkan tren penguatan di 2016. Sampai minggu pertama Juli 2016, rupiah menguat sekitar 4,7% dan menyentuh level Rp13.117/USD," tuturnya di Gedung BI, Jakarta, Senin (8/8/2016).
Sementara, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, terdongkraknya nilai tukar mata uang Garuda disebabkan karena aliran dana yang masuk (capital inflow) semakin deras. Tercatat, capital inflow yang masuk pada pekan lalu mencapai Rp130 triliun.
Derasnya aliran dana yang masuk tersebut salah satunya dipengaruhi program pengampunan pajak (tax amnesty) yang diimplementasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak Juli 2016. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate) yang kenaikannya tidak terlalu besar.
"Minggu lalu sekitar Rp130 triliun, angka persisnya harus saya cek tapi aliran dana masuk terus masuk. Banyak faktor (capital inflow) Fed Rate naik tidak tinggi, penempatan investasi Indonesia termasuk yang menarik bukan hanya suku bunga tapi juga prospek ekonomi dan aliran Tax Amnesty," tandasnya.
(izz)