Menhub Belum Sepakat Pinjaman USD1,7 M untuk Pelabuhan Patimban
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi belum satu suara dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) terkait dana pinjaman sebesar USD1,7 miliar atau sekitar Rp22,2 triliun (estimasi kurs Rp13.098/USD), untuk pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.
Menurut Budi Karya, saat ini pembangunan Pelabuhan Patimban belum sampai tahap penghitungan pinjaman.
Dia mengatakan, saat ini rencana pembangunan pelabuhan pengganti Pelabuhan Cilamaya itu masih dalam proses studi kelayakan (feasibility study/FS). Jadi, belum sampai pada tahap pinjaman yang menurut Bappenas mencapai USD1,7 miliar dari slot pinjaman yang sebesar USD2,2 miliar.
"Patimban kan masih dalam proses feasibility study. Jadi belum sampai pada tahap pinjaman segala macam," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (12/8/2016) malam.
Menurutnya, pembicaraan mengenai besaran pinjaman baru akan dilakukan jika rencana tersebut sudah benar-benar konkret. Sementara saat ini, masterplan untuk pembangunannya masih belum disepakati.
"Biasanya kan kalau kaya gitu (pinjaman) kalau sudah fix, kita bikin Perpres, setelah itu tahu biayanya berapa, apa saja yang dibuat, bagian fungsi Priok dengan Patimban seperti apa," imbuh dia.
Kendati demikian, Budi mengaku tidak mempermasalahkan jika memang proyek tersebut beserta besaran pinjamannya telah masuk dalam Bluebook Bappenas. Rencananya, pinjaman sebesar USD1,7 miliar tersebut akan digunakan untuk pembangunan pelabuhan fase pertama.
"Iya tahap awal fase pertama enggak apa-apa. Sekarang USD1,7 miliar itu enggak apa-apa. Tahap awal dulu saja. Nanti kan feasibility study disesuaikan," tuturnya.
Mantan Bos PT Angkasa Pura II (Persero) ini tak menutup kemungkinan akan ada tambahan pinjaman lagi untuk fase berikutnya, jika memang pinjaman USD1,7 miliar tidak cukup.
"Katakanlah sekarang itu (pinjaman) USD1,7 miliar nantikan tahap dua akan ada tambahan lagi. Karena inikan belum fix banget. Jadi kita lihat pelabuhan itu kan dilihat dulu apa fungsinya, peran antara pelabuhan lainnya itu apa, kalau sudah tahu perannya baru kita tahu besarannya. Kalau sudah tahu besarannya baru kita bisa menghitung berapa besarnya, bisa cukup, bisa kurang, bisa tambah, tapi untuk tahap awal itu perlu dedikasi anggaran," tandasnya.
Menurut Budi Karya, saat ini pembangunan Pelabuhan Patimban belum sampai tahap penghitungan pinjaman.
Dia mengatakan, saat ini rencana pembangunan pelabuhan pengganti Pelabuhan Cilamaya itu masih dalam proses studi kelayakan (feasibility study/FS). Jadi, belum sampai pada tahap pinjaman yang menurut Bappenas mencapai USD1,7 miliar dari slot pinjaman yang sebesar USD2,2 miliar.
"Patimban kan masih dalam proses feasibility study. Jadi belum sampai pada tahap pinjaman segala macam," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (12/8/2016) malam.
Menurutnya, pembicaraan mengenai besaran pinjaman baru akan dilakukan jika rencana tersebut sudah benar-benar konkret. Sementara saat ini, masterplan untuk pembangunannya masih belum disepakati.
"Biasanya kan kalau kaya gitu (pinjaman) kalau sudah fix, kita bikin Perpres, setelah itu tahu biayanya berapa, apa saja yang dibuat, bagian fungsi Priok dengan Patimban seperti apa," imbuh dia.
Kendati demikian, Budi mengaku tidak mempermasalahkan jika memang proyek tersebut beserta besaran pinjamannya telah masuk dalam Bluebook Bappenas. Rencananya, pinjaman sebesar USD1,7 miliar tersebut akan digunakan untuk pembangunan pelabuhan fase pertama.
"Iya tahap awal fase pertama enggak apa-apa. Sekarang USD1,7 miliar itu enggak apa-apa. Tahap awal dulu saja. Nanti kan feasibility study disesuaikan," tuturnya.
Mantan Bos PT Angkasa Pura II (Persero) ini tak menutup kemungkinan akan ada tambahan pinjaman lagi untuk fase berikutnya, jika memang pinjaman USD1,7 miliar tidak cukup.
"Katakanlah sekarang itu (pinjaman) USD1,7 miliar nantikan tahap dua akan ada tambahan lagi. Karena inikan belum fix banget. Jadi kita lihat pelabuhan itu kan dilihat dulu apa fungsinya, peran antara pelabuhan lainnya itu apa, kalau sudah tahu perannya baru kita tahu besarannya. Kalau sudah tahu besarannya baru kita bisa menghitung berapa besarnya, bisa cukup, bisa kurang, bisa tambah, tapi untuk tahap awal itu perlu dedikasi anggaran," tandasnya.
(ven)